Bisnis.com, JAKARTA — PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) menggenjot kinerja operasional di bidang minyak & gas dan kelistrikan pada 2025, termasuk operasional proyek-proyek anyar.
Anthony R. Mathias, Director & Chief Financial Officer Medco Energi Internasional, menyampaikan produksi Medco pada 2025 akan didorong oleh penyelesaian dan sejumlah proyek baru migas dan ketenagalistrikan.
Berdasarkan data perseroan, lapangan Terubuk dan Forel di South Natuna Sea Block B dijadwalkan untuk memulai produksi pada kuartal II/2025. Selain itu, MEDC juga melakukan optimimalisasi fasilitas Corridor Suban pada kuartal IV/2025.
“Di Medco Power, IPP Geotermal Ijen Fase I mulai beroperasi secara komersial pada kuartal I/2025, disusul oleh PLTS Bali Timur pada kuartal II/2025,” paparnya dalam laporan tahunan 2024, dikutip Kamis (15/5/2025).
Sementara itu, proyek ekspansi Energi Listrik Batam (ELB) berkapasitas 39 MW diharapkan mulai beroperasi secara komersial pada kuartal IV/2025.
Di bidang pertambangan emas dan tembaga, PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) berpotensi mengantongi pendapatan pertama dari produksi smelter yang mulai menghasilkan katoda pada Maret 2025.
Smelter Amman dirancang untuk memproduksi hingga 222.000 ton katoda tembaga Grade A LME per tahun dan 830.000 ton asam sulfat per tahun.
“Strategi keuangan Medco Energi tetap berfokus pada peningkatan ketahanan dan kemampuan adaptif melalui eksekusi yang disiplin, alokasi modal yang cermat, dan komitmen berkelanjutan terhadap deleveraging,” jelasnya.
Direktur Utama Medco Hilmi Panigoro dan CEO Medco Roberto Lorato menambahkan panduan pada 2025 mencakup produksi migas sebesar 145-150 mboepd, dengan biaya produksi kas per unit dijaga di bawah US$10/boe.
“Belanja modal migas diperkirakan sebesar US$400 juta, difokuskan pada pengembangan Natuna Terubuk, Senoro Fase 2, dan program eksplorasi Corridor, serta operasi internasional di Blok 60 Oman dan Bualuang Fase V,” paparnya.
Sementara itu, Medco Power menargetkan penjualan ketenagalistrikan sebesar 4.500 GWh, dengan belanja modal sebesar US$30 juta.
“Belanja modal terutama dialokasikan untuk penyelesaian ekspansi ELB, pelaksanaan pengeboran eksplorasi geotermal Bonjol, dan pra-FID Solar PV Bulan, guna mendukung pertumbuhan energi terbarukan dan keandalan sistem.”