Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Goldman Sachs Ramal Harga Emas Tembus US$4.000 pada 2026

Goldman Sachs dan UBS Grup AG memperkirakan harga emas bisa menembus level US$4.000 per ons pada pertengahan 2026.
Emas batangan dalam berbagai ukuran tersimpan di brankas yang berada di Jerman. / Bloomberg-Michaela Handrek-Rehle
Emas batangan dalam berbagai ukuran tersimpan di brankas yang berada di Jerman. / Bloomberg-Michaela Handrek-Rehle

Bisnis.com, JAKARTA — Goldman Sachs memperkirakan harga emas bisa menembus level US$4.000 per ons pada pertengahan 2026 ditopang oleh permintaan yang kuat atas aset safe haven tersebut.

Analis Goldman Sachs, Lina Thomas memproyeksikan harga emas bisa menguat mencapai US$3.700 per ons pada akhir 2025, dan emas dapat mencapai level US$4.000 per ons pada pertengahan 2026.

Proyeksi baru ini muncul setelah emas melonjak 6,6% pada pekan lalu, dengan harga emas mencapai rekor baru di atas US$3.245 per ons pada Senin (14/4/2025).

Dia mengatakan bahwa pembelian bank sentral dunia untuk aset emas diperkirakan akan mencapai 80 ton per bulan pada tahun ini, naik dari estimasi sebelumnya sebesar 70 ton per bulan.

"Pembelian belakangan ini mengejutkan karena kenaikan harganya, kemungkinan mencerminkan permintaan para investor baru dalam melindungi aset dari risiko resesi dan penurunan harga aset berisiko," katanya dikutip Bloomberg, Senin (14/4/2025).

Para ekonom bank saat ini melihat peluang resesi sebesar 45%, dan apabila skenario itu benar-benar terjadi, maka arus masuk dana ke ETF emas dapat meningkat lebih lanjut dan mengangkat harga emas menjadi US$3.880 per ons pada akhir tahun.

Sementara itu, ahli strategi UBS Joni Teves mengatakan bahwa harga emas bisa mencapai US$3.500 per ons pada Desember 2025.

Teves mengatakan bahwa permintaan menguat untuk emas dari berbagai segmen pasar, termasuk bank sentral, fund manajer aset jangka panjang, dana makro, kekayaan pribadi, dan investor ritel.

Perubahan perdagangan global dan latar belakang geopolitik memperkuat kebutuhan para pemilik dana untuk mengalokasikan ke aset-aset yang aman.

"Rasio posisi emas terhadap total aset dana potensial melampaui level yang dicapai pada 2020, meski belum tentu mencapai puncaknya seperti pada 2012-2013," katanya.

Dia melihat bahwa investor emas saat ini telah meluas sejak guncangan finansial pada 2008. Ketidakpastian yang terus meningkatkan kebutuhan untuk mendiversifikasi portofolio, sehingga menguntungkan emas.

Sementara itu, menurutnya kondisi likuiditas yang lebih tipis sebagian karena pertumbuhan pasokan tambang yang terbatas, ditambah sejumlah besar emas juga terikat sebagai cadangan bank sentral serta ETF, bisa membuat pergerakan harga lebih tinggi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper