Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INVESTASI SAHAM : Mobilisasi Dana Jangka Panjang

Lembaga pengelola aset investasi jangka panjang memiliki potensi besar untuk memacu performa indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam jangka waktu pendek.
Sabtu, 22 Maret 2025 | 02:00
Bisnisgrafik-DOTCOM-22Maret-DANA-SAHAM-Win
Bisnisgrafik-DOTCOM-22Maret-DANA-SAHAM-Win

Lembaga pengelola aset investasi jangka panjang memiliki potensi besar untuk memacu performa indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam jangka waktu pendek. Sejumlah lembaga tersebut memiliki likuiditas kuat untuk menambah investasi di pasar saham.

Dana pensiun atau dapen misalnya, baik swasta maupun pengelola jaminan sosial dan lembaga khusus (seperti BPJS Ketenagakerjaan, Taspen, dan Asabri), memiliki dana kelolaan yang signifikan kendati alokasinya ke saham belakangan menyusut.

Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan mengakui terdapat potensi arus balik dana dari lembaga pengelola investasi jangka panjang di tengah lesunya kinerja pasar saham.

Namun, langkah itu dinilainya bergantung pada risk appetite masing-masing lembaga keuangan.

"Kalau [dapen] yang agresif berarti porsi di ekuitas dominan. Beberapa saham yang masuk dalam universe mereka secara valuasi sudah atraktif, bisa menjadi peluang bagi dapen," jelasnya, Jumat, (21/3)

Menurutnya, dalam beberapa waktu terakhir terdapat rotasi aset dapen domestik dari saham ke obligasi khususnya ke surat berharga negara (SBN).

Hal itu dipicu sederet faktor termasuk ketidakpastian arah perdagangan global pasca-terpilihnya Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan sentimen domestik seiring dengan didirikannya Danantara hingga defisit APBN.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan per Januari 2025, dana pensiun pemberi kerja (DPPK), baik yang menjalankan program pensiun manfaat pasti (PPMP) maupun iuran pasti (PPIP), tercatat memiliki total aset masing-masing senilai Rp187,48 triliun dan Rp48,82 triliun, sedangkan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) memiliki total aset senilai Rp146,81 triliun.

Namun, penempatan investasi DPPK PPMP dan PPIP pada saham masing-masing turun 12,89% dan 13,27% secara tahunan (year-on-year/YoY), sedangkan DPLK terkoreksi 8,84% YoY. Kondisi serupa terjadi pada asuransi sosial (BPJS Ketenagakerjaan & BPJS Kesehatan) serta asuransi ASN, TNI/POLRI.

Investment Analyst PT Capital Asset Management Martin Aditya pun meyakini dapen mampu mendorong kembali geliat pasar saham setelah amblas. "Untuk saat ini justru [kehadiran dapen di pasar saham] potensinya besar, terutama pada emiten berkapitalisasi besar a.l. perbankan."

PELUANG DAPEN

Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK Syarif Yunus juga mengakui, dapen berpeluang untuk menambah penempatan investasi di saham. Menurutnya, langkah itu setidaknya dapat memberikan angin segar kepada IHSG dan selanjutnya meningkatkan minat investor lain guna meramaikan pasar saham.

Namun, dia mengakui langkah dapen itu harus didukung oleh Pemerintah RI dengan menjalankan program yang meningkatkan kepercayaan investor. “Karena problemnya adalah soal trust saja. Bangun kepercayaan dengan kebijakan yang tepat untuk menopang prospek jangka panjang pasar saham,” katanya.

Sebaliknya, Bambang Sri Muljadi, staf ahli Asosiasi Dana Pensiun Indonesia, menilai dalam situasi saat ini, dana pensiun cenderung menunggu kondisi yang lebih kondusif.

Adapun, Direktur Utama Dapen BCA Budi Sutrisno mengatakan pihaknya melakukan rebalancing portofolio secara rutin dalam menghadapi kondisi pasar yang fluktuatif, termasuk pengurangan eksposur pada saham dengan volatilitas tinggi ke instrumen yang lebih stabil seperti SBN.

Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu mengatakan saham masih menjadi instrumen menjanjikan dalam hal profitabilitas. “Selain itu, investasi pada saham juga bisa menjadi langkah yang baik untuk memperkuat pasar modal,” katanya.

Terpisah, Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Iwan Pasila menegaskan, otoritas terus mendorong asuransi untuk menetapkan kebijakan investasi sesuai karakteristik dan durasi kewajiban dengan memperhatikan kualitas aset. (Pernita Hestin Untari/Dionisio Damara Tonce)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper