Bisnis.com, JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo menyematkan peringkat IdA+ untuk PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR). Atas peringkat tersebut, outlook SMDR diafirmasi stabil.
Pefindo menyebutkan pemberian peringkat tersebut diberikan berdasarkan data dan infromasi dari perusahaan serta laporan keuangan tidak diaudit per 31 Desember 2024 dan laporan keuangan audit per 31 Desember 2023.
“Obligor dengan peringkat idA memiliki kemampuan yang kuat dibandingkan obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya," kata Pefindo dalam keterbukaan infromasi, Selasa (11/3/2025).
Selain itu, Pefindo juga menetapkan peringkat idA+ (Single A Plus Syariah) untuk Sukuk Ijarah Berkelanjutan I PT Samudera Indonesia Tbk. dan Sukukk Ijarah Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2023 Seri B PT Samudera Indonesia Tbk.
"Instrumen pendanaan syariah dengan peringkat idA(sy) mengindikasikan bahwa kemampuan emiten untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang dalam kontrak pendanaan syariah dibandingkan emiten Indonesia lainnya adalah kuat," tambah pefindo.
Selain itu, Pefindo menambahkan, tanda Tambah (+) menunjukkan bahwa peringkat yang diberikan relatif kuat dan di atas rata-rata kategori yang bersangkutan.
Baca Juga
Sebagai infromasi, sepanjang kuartal III/2024, SMDR mencatatkan penurunan laba bersih hingga 35,01% menjadi US$41,34 juta atau Rp656,1 miliar (asumsi kurs Rp15.871 per dolar AS) per kuartal III/2024. Pendapatan SMDR juga turun 7,12% yoy menjadi US$529,49 juta atau Rp8,4 triliun per kuartal III/2024.
Direktur Utama Samudera Indonesia Bani M. Mulia menjelaskan SMDR menghadapi berbagai tantangan pada tahun ini, di antaranya tingkat biaya pengapalan yang lebih rendah dibandingkan dengan 2023 dan 2022.
“Memang downtrend freight rate yang sudah terjadi dari tahun lalu dampaknya masih terlihat dan terasa,” ujarnya pada beberapa waktu lalu.
Ke depannya, terdapat pula tantangan yang dihadapi. Kondisi geopolitik dunia yang masih diganggu dengan peperangan di beberapa negara menciptakan kemacetan-kemacetan.
"Masalahnya berubah, kemacetannya berubah karena ada pengalihan rute, karena ada krisis di Laut Merah, sehingga kapal-kapal itu harus menghindari risiko," ujarnya.
Namun, kondisi tersebut menurutnya melahirkan peluang bisnis dan optimisme bagi perseroan. "Sebenarnya jadi good problem karena menangani kemacetan volume, berarti volumenya oke. Yang akan malah mengkhawatirkan kalau tidak ada volume, kosong," kata Bani.
Peluang pertumbuhan bisnis pada 2025 pun menurutnya terbuka bagi SMDR. "Jadi proyeksinya positif, sangat lebih baik daripada yang kita harapkan dan kami optimistis akan menjadi lebih baik lagi ke depan," pungkas Bani.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.