Bisnis.com, JAKARTA — Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah ke level 6.604,88 pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (7/3/2025). Harga saham bank jumbo kompak melorot.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG dibuka di posisi 6.631,31 pada perdagangan hari ini. Namun, IHSG kemudian turun 0,2% menuju ke posisi 6.604,88 pada pukul 09.05 WIB.
Pada awal perdagangan, IHSG bergerak di rentang terbawah 6.596,63 dan tertinggi 6.632,78. Adapun, kapitalisasi pasar alias market cap saat pembukaan mencapai Rp11.373 triliun.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, deretan saham dengan nilai transaksi saham tinggi di pasar melorot. Harga saham bank jumbo seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) misalnya dibuka turun 1,01% dan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) turun 0,82%.
Lalu, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) turun 1,74% serta PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dibuka turun 0,28%.
Saham dengan nilai transaksi tinggi lainnya mengalami pelemahan pada pembukaan perdagangan pagi ini. Saham PT Astra International Tbk. (ASII) misalnya turun 1,43% serta saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) turun 1,22%.
Pada penutupan perdagangan sebelumnya, Kamis (6/3/2025), IHSG menguat 1,32% menjadi 6.617,84. Namun, IHSG masih jeblok 6,53% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan dalam risetnya menilai IHSG masih dibayangi pelemahan mayoritas indeks global. Secara teknikal, IHSG gagal konfirmasi breakout di 6.630 yang bertepatan dengan indikator MA20 pada perdagangan kemarin.
Dengan pergerakan tersebut, IHSG juga membentuk upper-shadow panjang yang menunjukan adanya tekanan jual yang membayangi penguatan. Dengan demikian, IHSG diperkirakan bergerak konsolidatif dalam rentang 6.550-6.650 pada hari ini.
Sejumlah sentimen menyertai pasar. Bank Indonesia (BI) misalnya akan merilis data cadangan devisa per akhir Februari 2025. Posisi cadangan devisa diperkirakan relatif stabil seiring dengan stabilitas nilai tukar rupiah di kisaran Rp16,300 per dolar AS di Februari 2025 dan upaya pemerintah untuk melakukan refinancing utang jatuh tempo di 2025 yang mencapai Rp800 triliun.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.