Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia naik selama dua hari beruntun karena Amerika Serikat (AS) memberlakukan sanksi baru terhadap produsen Timur Tengah Iran yang meningkatkan kekhawatiran pasokan akan semakin ketat.
Melansir Reuters pada Selasa (25/2/2025), harga minyak mentah berjangka Brent naik 38 sen, atau 0,51%, menjadi US$75,16 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 43 sen, atau 0,61%, menjadi US$71,13 per barel.
Tony Sycamore, analis pasar IG, dalam sebuah catatan menuturkan WTI mencari basis di level support antara US$65 dan US$70 per barel. "Asalkan harga bertahan di atas level tersebut, pemulihan akan terjadi," katanya.
AS menjatuhkan sanksi baru terhadap lebih dari 30 broker, operator kapal tanker, dan perusahaan pelayaran karena peran mereka dalam mengangkut minyak Iran. Presiden AS Donald Trump mengatakan dia ingin membuat ekspor minyak mentah Iran menjadi nol.
Iran adalah produsen terbesar ketiga di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang memproduksi 3,2 juta barel per hari pada bulan Januari, menurut survei Reuters terhadap produksi OPEC.
Namun, kenaikan tersebut dibatasi oleh prospek permintaan yang tidak menentu. Trump mengatakan bahwa tarif terhadap impor Kanada dan Meksiko yang dijadwalkan mulai pada 4 Maret akan diberlakukan tepat waktu dan sesuai jadwal.
Pernyataan Trump tersebut diungkapkan ditengah upaya dari kedua mitra dagang tersebut untuk mengatasi kekhawatiran Trump mengenai keamanan perbatasan dan fentanil. Para analis mengatakan tarif tersebut akan berdampak buruk terhadap pertumbuhan permintaan minyak global.
Di Eropa, Ukraina menjadi tuan rumah bagi para pemimpin Eropa untuk memperingati tiga tahun invasi Moskow, namun para pejabat AS tidak hadir karena ini merupakan gambaran kedekatan Presiden Trump dengan Rusia.
Pasar memandang hubungan Trump dengan Moskow yang semakin membaik sebagai sinyal potensial pelonggaran sanksi terhadap Rusia, yang akan menambah pasokan minyak global.