Bisnis.com, JAKARTA — Saham PT Astra International Tbk. (ASII) terpantau bertahan di zona merah di sepanjang tahun berjalan. Saham ASII pun kini menghadapi tantangan dari sisi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang tertahan di level 6% dan muncul rencana kenaikan tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dari 11% menjadi 12%.
Berdasarkan data RTI Business, harga saham ASII melemah 1,4% ke level Rp4.930 pada perdagangan sesi pertama hari ini, Kamis (21/11/2024). Harga saham ASII juga turun 0,4% dalam sepekan perdagangan dan turun 6,54% dalam sebulan perdagangan.
Sejak awal tahun (year-to-date), saham ASII mendekam di zona merah dengan penurunan 12,74%. Kapitalisasi pasar ASII terpantau sekitar Rp199 triliun.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan pada dasarnya saham ASII masih prospektif terdorong oleh sentimen proyeksi penurunan suku bunga acuan BI di masa depan.
"BI agak hati-hati, karena ada dinamika ekonomi politik internasional yang berkembang ke depan," ujar Nafan kepada Bisnis pada Kamis (21/11/2024).
Adapun, BI sudah menurunkan suku bunga acuannya 25 basis poin dari sebelumnya 6,25% ke 6% pada September 2024. Namun, kini BI menahan suku bunga acuan selama dua bulan beruntun. Dalam RDG (Rapat Dewan Gubernur) kemarin, Rabu (20/11/2024), BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan alias BI Rate di level 6%.
Meski begitu, lanjut Nafan, ke depannya masih ada harapan penurunan suku bunga acuan BI yang dapat mendorong ekspansi kredit kendaraan dari ASII.
Akan tetapi, ada tantangan lainnya yang kemudian dihadapi ASII yakni rencana kenaikan tarif PPN menjadi 12%.
"Kenaikan PPN Jadi tantangan ASII dalam memperkuat kinerja bisnis otomotif khususnya. Jika tidak dimitigasi, akan menghambat kinerja penjualan," tutur Nafan.
Mirae Asset Sekuritas masih memberikan rekomendasi accumulative buy untuk ASII dengan target harga terdekat di level Rp5.100 per lembar.
Tim Riset Samuel Sekuritas menambahkan pemangkasan suku bunga BI memang diharapkan dan dapat meningkatkan permintaan penjualan mobil ASII. Namun, daya beli masyarakat yang lemah dapat menjadi batu sandungan untuk permintaan otomotif.
"Konsumsi domestik yang lemah dapat menghambat pemulihan penjualan kendaraan yang berdampak buruk pada pertumbuhan ASII di masa mendatang," tulis Tim Riset Samuel Sekuritas dalam riset terbaru.
Belum lagi, persaingan dengan produsen kendaraan listrik asal China juga dapat menekan pangsa pasar ASII. Samuel Sekuritas memberikan rekomendasi buy untuk ASII dengan target harga di level Rp5.900.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.