Bisnis.com, JAKARTA — Harga komoditas seperti emas hingga CPO tercatat stabil pada paruh kedua 2024 ini. Analis melihat prospek dari komoditas masih menarik hingga akhir tahun 2024.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menjelaskan untuk komoditas batu bara, sentimen positif emiten batu bara datang dari kenaikan jangka pendek harga komoditas batu bara akibat suplai yang terganggu akibat faktor cuaca. Hal tersebut terjadi di tengah potensi peningkatan permintaan atas stimulus ekonomi China.
"Harga batu bara juga didorong oleh kenaikan harga gas di tengah meningkatnya konflik di Timur Tengah dan ketidakseimbangan pasokan-permintaan energi yang sedang berlangsung," ucap Sukarno, Kamis (10/10/2024).
Dia melihat dengan sentimen tersebut, peluang kenaikan harga batu bara bisa berlanjut dan berpotensi bertahan di atas US$150 per barel.
Untuk batu bara, Kiwoom Sekuritas memiliki beberapa saham pilihan seperti ADRO, ITMG, HRUM, BUMI, dan PTBA. Dia merekomendasikan investor untuk hold saham coal.
"Tetapi tetap perhatikan sinyal teknikal selanjutnya atau batasi risiko ketika harga komoditas terkoreksi dan mulai mereda setelah sentimen stimulus China," ucapnya.
Baca Juga
Untuk komoditas CPO, Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis Setyo Wibowo menuturkan pihaknya memperkirakan kinerja emiten CPO pada kuartal III/2024 ini masih berpotensi tumbuh, walaupun masih terbatas.
Kiwoom Sekuritas melihat kenaikan kinerja emiten CPO kuartal IV/2024 atau sampai akhir tahun. Hal ini didorong dari adanya momentum Diwali yang bisa meningkatkan permintaan dan menaikkan harga CPO kembali.
"Dan kebijakan B40 juga bisa menjadi sentimen positif untuk meningkatkan permintaan CPO dalam negeri. Kami merekomendasikan trading buy LSIP dengan target Rp1.110," tutur Azis.
Sementara itu, untuk prospek komoditas nikel, Analis Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer menjelaskan harga nikel global melonjak menjadi US$18.010 per ton, mencapai level tertinggi lebih dari 3 bulan. Melonjaknya harga nikel ini didukung oleh stimulus ekonomi agresif dari China, dan juga adanya peningkatan prospek permintaan.
"Meski begitu kami kira harga nikel global sampai akhir tahun nanti masih akan berkisar antara US$17.000-US$17.220 per ton. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan puncaknya akibat masih adanya kondisi over supply pada pasar global," ucap Miftahul.
Di sisi lain, dia memandang komoditas emas masih memiliki potensi pertumbuhan sampai akhir tahun nanti. Pertumbuhan tersebut didukung oleh tensi geopolitik timur tengah yang masih terus berlanjut, implikasi peningkatan aset safe haven.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.