Bisnis.com, JAKARTA — Berlanjutnya tren deflasi dalam 5 bulan beruntun ditengarai terjadi akibat melemahnya daya beli masyarakat. Deflasi tersebut diperkirakan akan membawa sentimen negatif bagi sejumlah saham.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 melanjutkan tren deflasi, yang kali ini sebesar -0,12% secara bulanan (month to month/MtM). Hal ini menandai Indonesia mengalami deflasi selama 5 bulan secara berturut-turut, setelah terakhir mengalami deflasi panjang 7 bulan beruntun pada krisis 1999 silam.
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan deflasi yang terjadi dalam 5 bulan secara beruntun ini memang menandakan daya beli masyarakat yang tidak begitu baik.
"Kondisi tersebut berdampak pada ketakutan akan perlambatan perekonomian yang lebih dalam, penurunan permintaan, dan margin keuntungan perusahaan yang tertekan dapat menekan harga saham," ujarnya kepada Bisnis pada Selasa (1/10/2024).
Sementara itu, sentimen deflasi menimbulkan dampak beragam terhadap emiten-emiten berdasarkan sektornya. Sektor konsumer otomotif, elektronik, properti hingga perbankan diteropong bakal terdampak negatif ketika daya beli melemah.
Di sisi lain, sektor utilitas, kesehatan, dan barang pokok disebut relatif tahan terhadap deflasi.
Meski begitu, Sukarno memproyeksikan daya beli masyarakat bisa pulih pada kuartal IV/2024, terlihat dari data indeks manufaktur yang mengalami kenaikan.
Senada, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga menilai deflasi yang terjadi dalam 5 bulan berturut-turut memang menjadi indikasi pelemahan daya beli masyarakat.
"Akan tetapi, inflasi inti setidaknya meningkat. Jadi, otomatis kondisi daya beli masyarakat walau melemah, cukup resilience," ujarnya kepada Bisnis pada Selasa (1/10/2024).
Dia juga menilai kondisi deflasi 5 bulan beruntun belum begitu berdampak terhadap kinerja pasar modal.
"Paling tidak emiten-emiten cukup resilience, terlepas daya beli masyarakat yang lemah. Yang penting tingkat inflasi cukup bagus," ujarnya.
Kinerja Indeks Sektoral di BEI
Indeks Sektoral |
Kinerja pada 1 Oktober 2024 |
Kinerja YtD |
IDX Sector Energy |
2,5% |
31,9% |
IDX Sector Basic Materials |
2,19% |
7,91% |
IDX Sector Industrials |
0,64% |
-1,39% |
IDX Sector Consumer Non-Cyclicals |
0,81% |
3,18% |
IDX Sector Consumer Cyclicals |
0,08% |
7,0% |
IDX Sector Healthcare |
-0,02% |
15,43% |
IDX Sector Financials |
0,33% |
4,66% |
IDX Sector Properties & Real Estate |
1,02% |
12,27% |
IDX Sector Technology |
0,36% |
-13,19% |
IDX Sector Infrastructure |
0,19% |
-1,48% |
IDX Sector Transportation & Logistic |
0,4% |
-4,72% |
Sumber: Bursa Efek Indonesia, diolah.