Bisnis.com, JAKARTA – Harga komoditas tembaga menguat kembali ke atas US$10.000 per ton, tersulut upaya China menggelontorkan stimulus jumbo untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi.
Melansir Bloomberg, Jumat (27/9/2024), harga tembaga ditutup menguat 2,7% ke level US$10.080,50 per ton di London Metal Exchange, sementara seng naik 3,4% dan aluminium naik 2,9%. Bijih besi diperdagangkan di level US$101,25 per ton di Singapura, tertinggi sejak 2 September.
Harga tembaga menguat ke level tertinggi dalam tiga bulan di London Metal Exchange setelah kantor berita resmi Xinhua melaporkan bahwa Politbiro China akan mendorong pasar real estat untuk “menghentikan penurunan” dan menyerukan penurunan suku bunga signifikan.
Langkah tersebut menyusul laporan Bloomberg bahwa China sedang mempertimbangkan suntikan modal sebesar US$142 miliar ke bank-bank BUMN.
Kepala bagian logam StoneX Financial Inc Michael Cuoco mengatakan langkah pemerintah China tersebut menandakan bahwa mereka sedang berusaha memulihkan kepercayaan dalam perekonomin.
“China mengirimkan pesan kepada rakyat mereka bahwa mereka memahami bahwa ada masalah dan kesulitan, sehingga diperlukan pelonggaran keuangan.” ungkapnya seperti dikutip Bloomberg.
Baca Juga
Selera risiko di seluruh pasar keuangan mendapat dorongan lebih lanjut selama hari perdagangan di AS dengan data yang menunjukkan bahwa ekonomi AS bangkit kembali dari pandemi dalam kondisi yang lebih kuat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Stimulus ekonomi China juga datang ketika bank sentral global, termasuk Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa, memulai siklus pelonggaran dengan memangkas suku bunga.
Saham-saham pertambangan melonjak. Glencore Plc menguat sebanyak 5,8% di London dan Freeport-McMoran Inc. naik 7,5% di New York.
Rio Tinto Plc melonjak 3,6% di London, memperpanjang reli mingguan menjadi lebih dari 9% karena investor mempertimbangkan dampak kebijakan China terhadap salah satu produk terbesar perusahaan, yakni bijih besi.
“Kami telah melihat periode waktu dengan kondisi pasar yang melemah, dan stimulus ini mungkin akan mengembalikan stabilitas,” ujar CEO Rio Tinto Jakob Stausholm.
Langkah Politbiro ini mengikuti serangkaian langkah-langkah stimulus China pada awal pekan ini untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi. Beberapa pihak mempertanyakan apakah hal ini akan cukup untuk meredakan tekanan deflasi, atau meningkatkan konsumsi properti dan infrastruktur, yang mana keduanya sangat penting untuk harga logam.
Analis komoditas Toronto Dominion Bank Bart Melek memandang bahwa kenaikan harga yang terjadi merupakan reaksi yang sedikit berlebihan.
”Langkah-langkah kebijakan ini, dari China atau Federal Reserve di AS, kemungkinan besar tidak akan menghasilkan peningkatan permintaan dalam waktu dekat,” kata Bart Melek.
Pada Mei, tembaga melonjak ke rekor di atas US$11.000 per ton di tengah gelombang spekulasi mengenai kekurangan pasokan di masa depan, tetapi reli tersebut dengan cepat berbalik karena fokus pasar bergeser kembali ke permintaan yang lemah dan kondisi pasar yang lemah di China.