Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Bank Pilihan JP Morgan Jelang Keputusan Suku Bunga Acuan The Fed

JP Morgan memberikan pandangan baru terkait kondisi perbankan Indonesia. Lantas, saham perbankan mana saja yang menjadi pilihan?
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Perbankan investasi asal Amerika Serikat (AS), JP Morgan, memberikan pandangan terkait saham-saham perbankan pilihan jelang keputusan suku bunga acuan The Fed untuk periode September 2024. 

Melansir riset yang dipublikasikan pekan lalu, JP Morgan menyatakan telah memiliki gambaran jelas terkait kondisi perbankan Indonesia setelah bertemu dengan pihak Bank Indonesia (BI) dan berdiskusi dengan manajemen bank, serta investor lokal maupun asing.

“Hasil dari kunjungan ini menunjukkan adanya konsistensi kebijakan, dengan likuiditas yang membaik dan pertumbuhan kredit yang kuat,” tulis riset tersebut dikutip, Minggu (15/9/2024).

Riset JP Morgan, yang disusun Harsh Wardhan Modi, Gaurav Khandelwal, dan Shivansh Puri menyatakan konsensus memperkirakan kredit akan tumbuh 12% – 13% dalam 6 hingga 12 bulan ke depan. Seiring hal itu, simpanan juga diramal bertumbuh di kisaran yang sama. 

Dari sisi likuiditas, JP Morgan memandang bahwa dengan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang menurun dan lelang berkurang, likuiditas sistem perbankan semakin baik. 

Bank-bank juga dinilai telah mengoptimalkan persyaratan cadangan sehingga memberikan ruang untuk meningkatkan rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR). Untuk itu, pertumbuhan kredit sebagian besar akan bergantung pada pertumbuhan simpanan. 

JP Morgan menyebutkan, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dengan pangsa pasar dana murah atau current account savings account (CASA) yang kuat, memiliki keunggulan untuk mempertahankan pertumbuhan kredit.

“Jika pemotongan suku bunga oleh The Fed sesuai dengan kurva perkiraan saat ini, maka pertumbuhan M2 akan cukup untuk mendukung pertumbuhan kredit sebesar 12% – 13%. Namun, jika ada penyimpangan dari ekspektasi mengenai pemotongan suku bunga, hal ini dapat menyebabkan likuiditas dan pertumbuhan kredit lebih lemah,” ungkap JP Morgan.

Sementara itu, sektor korporasi menjadi pendorong utama permintaan kredit, terutama untuk modal kerja dan belanja modal. Namun, JP Morgan memberikan catatan, permintaan ini mungkin bakal menurun seiring besarnya pengeluaran pemerintah di masa depan.

Untuk kredit mikro, JP Morgan mengungkapkan permasalahan di sektor ini masih akan berlanjut terutama untuk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI). Perhatian utama tertuju pada tekanan arus kas pada pelaku bisnis mikro akibat disrupsi dari dan judi online.

“Perubahan KPI petugas lapangan BRI yang kini berfokus pada pengumpulan simpanan dan penyelesaian NPL [non-performing loan] menjadi langkah penting dalam menghadapi tantangan tersebut,” ungkap riset JP Morgan. 

Dengan seluruh proyeksi itu, saham BMRI tetap menjadi pilihan utama JP Morgan dan BBCA juga difavoritkan karena memiliki risiko yang lebih rendah untuk investasi utama. 

Adapun, masalah kualitas aset BBRI diproyeksikan masih berlanjut sehingga membatasi potensi kenaikan dalam waktu dekat. JP Morgan merekomendasikan untuk menambah saham BBRI jika harga melemah signifikan di bawah Rp5.000 dengan horizon investasi 12 – 15 bulan.

“BMRI dan BCA tetap menjadi pilihan unggulan, sementara BRI perlu dipantau lebih lanjut untuk peluang investasi yang lebih menguntungkan di masa mendatang,” tulis JP Morgan. 

The Fed akan menentukan kebijakan moneternya dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) atau Dewan Gubernur Bank Sentral AS yang dijadwalkan berlangsung pada 17 – 18 September 2024.

Sejumlah indikator ekonomi terbaru akan menjadi acuan keputusan The Fed, salah satunya laporan Biro Statistik Tenaga Kerja AS yang menyatakan 142.000 lapangan kerja baru tercipta pada Agustus 2024 dan upah rata-rata pekerja meningkat melebihi perkiraan. 

---------------------------

 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper