Bisnis.com, JAKARTA — Sepanjang tahun berjalan 2024, indeks sektor energi masih menjadi primadona di antara indeks sektoral lain. Sejumlah saham emiten batu bara pun dinilai menarik untuk dicermati investor.
Hingga akhir perdagangan Selasa (3/9/2024), IDX Sector Energy menguat 26,98% year-to-date. Kinerja tersebut jauh mengungguli indeks sektoral lainnya.
Di belakang IDX Energy, indeks IDX Consumer Cyclicals menguat 6,96% dan indeks IDX Healthcare terapresiasi 6,79% dibanding posisi akhir 2023.
Berbanding terbalik, indeks IDX Technology paling boncos karena anjlok 25,94% YtD. Kontraksi yang dalam juga dialami oleh indeks IDX Transportation yang merosot 9,06% pada periode yang sama.
Kencangnya laju IDX Energy a.l. didorong oleh apresiasi harga saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA). Sepanjang tahun berjalan 2024, DSSA melesat 417,19% YtD ke level Rp41.375 per saham hingga Selasa (3/9/2024).
Selain itu, PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) juga menjadi motor IDX Energy. Saham emiten batu bara yang terafiliasi dengan Garibaldi ‘Boy’ Thohir itu sudah naik 51,26% YtD dan parkir di level Rp3.600 per saham.
Dua saham lain yang berkontribusi terhadap penguatan IDX Energy ialah PT United Tractors Tbk. (UNTR) dan PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS) masing-masing menguat 22,76% dan melonjak 132,76% sepanjang tahun berjalan 2024.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Erindra Krisnawan dan Christian Sitorus mengatakan prospek produksi dan permintaan global membayangi outlook emiten batu bara dalam jangka pendek.
Di sisi suplai, produksi batu bara Indonesia pada Juli 2024 tercata naik 3,2% year-on-year (YoY) menjadi 72,3 juta ton atau meningkat 5,8% YoY menjadi 477 juta ton sepanjang 7 bulan 2024.
“Kenaikan produksi Indonesia itu sejalan dengan tren historis terjadinya kenaikan produksi pada Juli hingga Agustus/September,” tulisnya dalam riset, dikutip Rabu (4/9/2024).
Kondisi tersebut berpotensi meningkatkan pasokan di pasar ekspor. Sementara itu, ekspor dari Australia mengalami kontaksi.
Menurutnya, ada risiko jangka pendek dari momentum produksi batu bara Indonesia dan disrupsi terkait dengan cuaca masih cenderung terbatas.
Di sisi permintaan, data impor terbaru China dan India memperlihatkan pertumbuhan yang tangguh. Level stok di pasar global disebut menurun secara bertahap dan membuka peluang pemulihan harga batu bara pada September 2024.
“Kami mempertahankan peringkat overweight untuk sektor batu bara sejalan dengan outlook harga batu bara,” jelasnya.
Di sektor ini, BRI Danareksa Sekuritas memilih saham PT United Tractors Tbk. (UNTR) sebagai top pick dengan target harga Rp29.200 per saham. UNTR menggantikan pilihan teratas sebelumnya, yakni PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO).
Saham ADRO juga mendapat rekomendasi beli dengan target harga Rp3.770 per saham. Selanjutnya, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) direkomendasikan beli dengan target harga Rp31.300, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) disarankan beli dengan target harga Rp3.100 per saham.
“Risiko dari pandangan kami ialah kenaikan produksi Indonesia dan permintaan China yang lebih rendah,” kata Erindra dan Christian.
Dalam riset terpisah, analis Maybank Sekuritas Jeffrosenberg Chenlim dan Jocelyn Santoso menilai prospek penurunan suku bunga The Fed sudah price-in sehingga investor direkomendasikan melakukan pergeseran secara bertahap dari saham-saham yang sensitif suku bunga, seperti sektor perbankan dan properti.
“Sebaliknya, investor dapat mempertimbangkan untuk bergerak ke sektor komoditas, khususnya tambang logam dan batu bara,” tulisnya.
Maybank Sekuritas perkirakan permintaan batu bara, nikel, aluminium, dan tembaga akan pulih. Salah satu katalisnya datang dari prospek pasar China sejalan dengan penguatan mata uang renminbi yang membuka fleksibilitas fiskal dan moneter Negeri Panda.
Di sektor batu bara, saham UNTR menjadi rekomendasi teratas Maybank Sekuritas. Saham emiten Grup Astra itu mendapat rekomendasi beli dengan target harga Rp28.000.
Sementara itu, Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo menjelaskan saat ini harga batu bara Newcastle 6.000 kcal masih tetap kuat.
Kekuatan ini terutama didorong oleh gelombang panas yang tidak terduga di Asia, pengurangan pasokan Rusia akibat masalah logistik dan sanksi, gangguan pasokan AS akibat runtuhnya jembatan Baltimore, dan pengisian ulang stok untuk musim dingin.
Ke depan, Ciptadana Sekuritas masih memproyeksikan harga batu bara global tetap stabil pada 2024 dan 2024, meskipun ada ekspansi cepat dari sumber energi terbarukan.
Adapun Ciptadana Sekuritas melihat peningkatan permintaan batu bara akan datang dengan permintaan listrik dari China dan India yang diperkirakan akan meningkat pada paruh kedua tahun 2024 dan 2025, ditambah dengan meningkatnya permintaan energi dari pusat data secara global, terutama di negara-negara Asia Tenggara.
"Hal ini seharusnya mengakibatkan volatilitas harga batu bara yang lebih rendah dalam jangka pendek hingga menengah," tuturnya.
Adapun untuk PTBA, Ciptadana Sekuritas meningkatkan rekomendasinya menjadi buy, dengan TP Rp3.000 per saham.
Ciptadana Sekuritas menyukai saham PTBA karena PTBA memiliki cadangan yang cukup, portofolio yang cukup beragam, sistem pertambangan yang terintegrasi, serta yield dividen yang menarik untuk tahun depan.
-----------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.