Bisnis.com, JAKARTA — PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) menargetkan komisioning proyek smelter grade alumina refinery (SGAR ) fase I, Mempawah, Kalimantan Barat pada kuartal ketiga 2024. Sementara itu, produksi alumina perdana ditargetkan pada kuartal berikutnya.
Corporate Secretary Inalum Mahyaruddin Ende menuturkan penyelesaian pembangunan proyek SGAR Mempawah saat ini telah mencapai 90% dan direncanakan akan memasuki tahapan produksi penuh 1 juta ton alumina pada kuartal pertama 2025.
“Untuk kebutuhan komisioning nanti, target produksi alumina yang diharapkan sekitar 60.000 ton dengan jumlah kebutuhan bauksit sekitar 250.000 sampai dengan 270.000 ton,” kata Mahyaruddin saat dikonfirmasi, Rabu (14/8/2024).
Sebagai informasi, rasio pengolahan bauksit menjadi alumina adalah sebesar 3 banding 1. Sehingga untuk mencapai kapasitas produksi alumina sebesar 1 juta ton dibutuhkan 3 juta ton bauksit per tahun.
Proyek pabrik pemurnian bauksit ini merupakan usaha patungan antara Inalum yang memegang 60% saham dengan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) yang menghimpit 40% sisa kepemilikan.
SGAR Mempawah fase I dengan nilai investasi mencapai US$831,5 juta rencananya bakal menambah kapasitas produksi smelter grade alumina (SGA) mencapai 1 juta ton, dengan kapasitas serap bauksit dari hulu sebesar 3 juta ton.
Baca Juga
Di sisi lain, ANTM bersama dengan Inalum berencana untuk melanjutkan pengerjaan SGAR Mempawah untuk fase II dengan potensi tambahan kapasitas produksi alumina mencapai 1 juta ton hingga 2 juta ton nantinya. Adapun, kebutuhan investasi untuk proyek tahap dua tidak berbeda dengan fase I.
“Untuk Proyek SGAR fase 1, saat ini keseluruhan investasi dibiayai oleh setoran modal pemegang saham dan juga pinjaman pemegang saham yang diberikan oleh Inalum sebagai pemegang saham mayoritas kepada Borneo Alumina Indonesia (BAI),” kata dia.
Sampai saat ini realisasi investasi yang telah dikeluarkan Inalum dan Antam mencapai 79% dari total nilai proyek.
Seperti diberitakan sebelumnya, fase commisioning SGAR Mempawah dinilai sebagai katalis positif yang berpotensi mewarnai prospek kinerja keuangan dan operasi ANTM pada paruh kedua 2024 dan tahun depan.
Rencananya, pabrik pemurnian bauksit menjadi alumina itu bakal commisioning pada September 2024. Selanjutnya, jadwal commercial operation date (COD) dipatok pada Februari 2025.
“Hal ini bisa berdampak pada kenaikan kinerja pada segmen bauksit serta alumina ANTM pada semester II 2024, terlebih lagi dengan kapasitas yang cukup masif,” kata Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer saat dihubungi Bisnis, Senin (12/8/2024).
Kiwoom Sekuritas Indonesia merekomendasikan beli untuk saham ANTM dengan target harga Rp1.330 per saham.
Di sisi kinerja keuangan, ANTM mencatatkan penurunan laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk menjadi sebesar Rp1,55 triliun pada semester I/2024. Laba tersebut lebih rendah 17,95% dibandingkan dengan periode semester I/2023 yang sebesar Rp1,88 triliun.
Padahal, emiten aneka tambang mineral itu mencatatkan kenaikan total penjualan sebesar 7,05% secara tahunan dari Rp21,66 triliun menjadi Rp23,18 triliun sepanjang semester I/2024.
Penjualan ANTM ditopang oleh produk emas sebesar Rp18,82 triliun bijih nikel sebesar Rp1,9 triliun, feronikel sebesar Rp1,52 triliun, alumina sebesar Rp724,94 miliar, dan perak sebesar Rp34,80 miliar. Adapun, pendapatan jasa pemurnian logam mulia adalah sebesar Rp98,18 miliar.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.