Bisnis.com, JAKARTA — Beberapa emiten batu bara tercatat telah mengeluarkan laporan keuangan untuk semester I/2024. Beberapa perusahaan membayar royalti hingga lebih dari US$100 juta pada enam bulan pertama 2024.
Melansir laporan keuangannya, PT Indika Energy Tbk. (INDY) menjadi emiten batu bara dengan pembayaran royalti terbesar hingga saat ini, Kamis (8/8/2024). INDY tercatat membayar royalti sebesar US$216,23 juta atau setara dengan Rp3,54 triliun apabila dikonversi menggunakan kurs Jisdor 30 Juni 2024 sebesar Rp16.394 per dolar AS.
Indika Energy membukukan pendapatan US$1,19 miliar per akhir Juni 2024. Realisasi itu turun 28,48% year-on-year (yoy) dari US$1,67 miliar periode semester I/2023.
Adapun, penjualan batu bara masih menjadi kontributor terbesar pendapatan Indika Energy dengan US$1,06 miliar pada semester I/2024.
Secara terperinci, penjualan batu bara luar negeri menyumbang US$770,38 juta terhadap pendapatan Indika Energy semester I/2024. Selanjutnya, penjualan batu bara ke pasar domestik berkontribusi US$294,24 juta sepanjang periode yang sama.
INDY membukukan laba bersih US$21,01 juta pada semester I/2024. Pencapaian itu turun 76,60% secara tahunan dari US$89,90 juta per akhir Juni 2023.
Baca Juga
Sementara itu, emiten afiliasi konglomerat Garibaldi 'Boy' Thohir PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) tercatat belum mengeluarkan laporan keuangannya untuk paruh pertama 2024. Begitu pula emiten batu bara Grup Banpu, PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) dan Grup Sinarmas PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS) yang belum mengeluarkan laporan kinerjanya untuk semester I/2024.
Adapun pada kuartal I/2024 saja, ADRO membayar royalti kepada pemerintah dengan jumlah US$301,9 juta. Lalu GEMS tercatat membayar royalti sebesar US$89,4 juta selama tiga bulan pertama 2024.
Sementara itu, ITMG tercatat membayarkan royalti atau iuran eksploitasi sebesar US$76,65 juta di tiga bulan pertama 2024.
Sebagaimana diketahui, ketiga emiten tersebut juga menjadi perusahaan batu bara penyumbang royalti terbesar untuk Indonesia.
Setelah INDY, emiten selanjutnya yang membayar royalti jumbo adalah PT United Tractors Tbk. (UNTR). Entitas Astra International ini mencatatkan pembayaran royalti sebesar Rp2,21 triliun selama enam bulan pertama 2024.
Emiten selanjutnya yang membayar royalti jumbo adalah PT Bumi Resources Tbk. (BUMI). Emiten kongsi Grup Salim dan Grup Bakrie ini membayar royalti dengan jumlah US$130,7 juta di semester I/2024.
Laba bersih BUMI tercatat sebesar US$84,91 juta atau sekitar Rp1,39 triliun (kurs jisdor Rp16.394 per dolar AS). Laba itu naik 3,76% secara year-on-year (YoY) dibandingkan semester I/2023 sebesar US$81,82 juta.
Kendati demikian, pendapatan perseroan justru turun 32,76% YoY menjadi US$595,84 juta, atau sekitar Rp9,76 triliun pada 6 bulan pertama 2024, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar US$886,27 juta.
Terdapat pula nama perusahaan batu bara pelat merah, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) yang menjadi salah satu emiten pembayar royalti terbesar di semester I/2024. PTBA membayar royalti sebesar Rp1,86 triliun pada paruh pertama 2024.
Bukit Asam membukukan pendapatan Rp19,64 triliun pada semester I/2024. Realisasi itu naik 4,15% year-on-year (yoy) dari Rp18,58 triliun per akhir Juni 2023.
Meski begitu, PTBA membukukan laba bersih Rp2,03 triliun pada semester I/2024. Pencapaian tersebut turun 26,76% secara tahunan dari Rp2,77 triliun periode akhir Juni 2023.
Corporate Secretary Bukit Asam Niko Chandra sebelumnya menjelaskan bahwa terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi bisnis batu bara di tahun ini. Salah satunya adalah fluktuasi harga batu bara.
"Fluktuasi tersebut dipengaruhi keseimbangan permintaan-penawaran dan perekonomian negara-negara pengguna batu bara terbesar seperti Tiongkok dan India," ujarnya, Kamis (18/7/2024).
Selain itu, lanjut Niko, industri batu bara juga dipengaruhi dinamika harga komoditas energi lain yang merupakan substitusi hingga situasi geopolitik.
"Atas kondisi tersebut, PTBA berusaha untuk tetap agile dan cepat tanggap dalam menghadapi kondisi-kondisi eksternal," jelasnya.
Adapun emiten-emiten batu bara lainnya juga membayarkan royalti yang cukup besar untuk pemerintah. PT Harum Energy Tbk. (HRUM) milik konglomerat Kiki Barki misalnya, membayarkan royalti sebesar US$39,09 juta hingga semester I/2024.
HRUM membukukan kenaikan pendapatan sebesar 21,21% menjadi US$596,68 juta atau setara Rp9,74 triliun sepanjang semester I/2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$492,24 juta.
Setelah diakumulasikan dengan pendapatan dan beban lainnya, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk tercatat sebesar US$37,36 juta atau setara Rp612,56 miliar. Laba ini tergerus 75,19% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$150,60 juta.
Kemudian PT Prima Andalan Mandiri Tbk. (MCOL) atau Mandiri Coal juga membayarkan royalti sebesar US$43,9 juta sepanjang semester I/2024.
Begitu juga dengan KKGI yang membayarkan royalti senilai US$25,3 juta dan GTBO yang membayar royalti US$1,33 juta ke pemerintah selama semester I/2024.
Berikut data pembayaran royalti dari perusahaan batu bara sepanjang semester I/2024:
Emiten | Royalti |
INDY | 216,237 |
UNTR* | 2,214,460 |
PTBA* | 1,867,499 |
BUMI | 130,782 |
BYAN | 117,411 |
HRUM | 39,092 |
KKGI | 25,344 |
GTBO | 1,337 |
MCOL | 43,990 |
Angka dalam ribuan dolar
*Dalam jutaan rupiah
___________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.