Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas dunia berisiko mengalami penurunan pada pekan ini karena menunggu hasil pemilu AS yang berpotensi mempengaruhi pasar emas dalam jangka waktu yang belum bisa ditentukan.
Analis Dupoin Indonesia Andrew Fischer mengarakan tanda-tanda penurunan harga emas masih cukup kuat secara teknikal. Tren harga yang cenderung menurun ini didukung oleh analisis candlestick dan trendline, yang menunjukkan belum adanya tanda-tanda perubahan yang signifikan dalam waktu dekat.
Kedua metode analisis ini memberikan gambaran teknis bahwa tren penurunan masih dominan, dan investor harus memperhatikan perkembangan ini dengan seksama.
Harga emas saat ini mendekati rekor tertingginya, yang telah naik 50% dari posisi terendah pada 2022 dan 25% sejak pertengahan Februari. Lonjakan harga emas ini terutama didorong oleh pasar fisik, dengan pembelian oleh bank sentral meningkat dua kali lipat pada 2022 sampai dengan 2023 dibandingkan dengan tren sebelumnya. Selain itu, permintaan emas dari ritel juga meningkat, terutama di China, di mana permintaan untuk emas batangan dan koin sangat kuat.
Lonjakan harga emas baru-baru ini terutama didorong oleh pasar fisik, dengan pembelian oleh bank sentral meningkat dua kali lipat pada 2022-2023 dibandingkan dengan tren sebelumnya. Permintaan ritel juga meningkat, terutama di China, di mana permintaan emas batangan dan koin sangat kuat.
Selain itu, dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) emas mengalami arus masuk yang berkelanjutan sejak akhir Mei, terutama dari Eropa setelah penurunan suku bunga pada bulan Juni. Para ahli strategi percaya bahwa ETF AS kemungkinan akan mengikuti tren ini, mendukung harga emas lebih lanjut.
Baca Juga
Meskipun ada kekhawatiran tentang resesi di AS, para ekonom Morgan Stanley masih melihat kemungkinan pendaratan lunak dengan reaksi Federal Reserve yang lebih kuat jika data ekonomi melemah, yang akan mendukung arus masuk emas investor. Posisi beli bersih di COMEX berada di level tertinggi sejak kuartal kedua 2022, meskipun masih 100 ribu lot dari level tertinggi sepanjang masa.
Para ahli strategi berpendapat bahwa arus keuangan akan menjadi pendorong kenaikan harga emas berikutnya. Mereka mencatat bahwa pergeseran ini mulai terlihat dan memprediksi harga emas bisa mencapai $2.650 per ons pada kuartal keempat 2024. Namun, volatilitas diperkirakan akan terus berlanjut karena data baru dari AS mempengaruhi prediksi tentang waktu penurunan suku bunga.
Menurut pandangan Fischer secara keseluruhan menjelaskan, tren harga emas minggu ini diperkirakan masih akan menunjukkan penurunan, dengan berbagai faktor eksternal seperti hasil pemilu AS dan kebijakan suku bunga yang mempengaruhi pergerakan harga. Meskipun demikian, prediksi jangka panjang menunjukkan potensi kenaikan harga emas yang signifikan, didukung oleh permintaan fisik yang kuat dan arus masuk ke ETF emas.