Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Bisnis-27 Ditutup Melemah, Saham Masih MIKA, CTRA, MYOR Naik

Indeks Bisnis-27 melemah seiring anjloknya IHSG sebesar 1,42% ke level 6.734 pada hari ini.
Karyawati mengamati pergerakan harga saham di kantor Mandiri Sekuritas, Jakarta, Selasa (19/3/2024). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati mengamati pergerakan harga saham di kantor Mandiri Sekuritas, Jakarta, Selasa (19/3/2024). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Bisnis-27 ditutup melemah pada perdagangan akhir pekan Jumat (14/6/2024) seturut dengan koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Meksi demikian, saham MIKA, CTRA, dan MYOR masih menguat.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks hasil kerja sama Bursa dengan harian Bisnis Indonesia ini ditutup turun 1,90% atau 9,89 poin ke level 511,89. Tercatat 3 saham meningkat, 18 terkoreksi, dan 6 saham stagnan.

Beberapa saham yang naik, antara lain PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) sebesar 1,69% ke Rp3.000, diikuti saham PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) meningkat 0,45% ke Rp1.125, dan saham PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) naik 0,42% menuju Rp2.380.

Adapun saham yang melemah adalah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) sebesar 6,01% ke Rp3.440, lalu PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) melemah 4,24% ke Rp4.740, dan saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) turun 4,23% ke Rp2.720.

Di sisi lain, IHSG turun sebesar 1,42% atau 96,73 poin menuju 6.734,83. Indeks komposit sempat menguat setelah pembukaan dan bergerak di rentang 6.831 hingga 6.713 pada awal sesi.

Sebanyak 140 saham bertengger di zona hijau, lalu 451 saham melemah, dan 180 saham stagnan. Total market cap tercatat mencapai Rp11.516,66 triliun.

Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata mengatakan saat ini investor asing secara konsisten mencatatkan jual bersih yang membuat IHSG sulit rebound lebih tinggi dalam waktu dekat. Sentimen market regional yaitu data CPI AS yang lebih rendah tidak dapat menopang rebound IHSG.

“Kiblat pasar saat ini mau tak mau harus diakui berasal dari AS, terlebih dalam kaitannya dengan kebijakan moneter The Fed yang masih kental bernarasi hawkish. Selain itu, pasar saham Indonesia seolah kehilangan daya tariknya secara asing meragukan ketahanan fiskal Indonesia,” kata Liza kepada Bisnis, Kamis (13/6/2024).

Liza menjelaskan keraguan investor asing adalah terkait ketahanan fiskal Indonesia dalam menyambut rencana makan siang dan susu gratis dari presiden terpilih Prabowo. Kemudian susunan kabinet dan road map rencana kerja pemerintah akan menjadi fokus para pelaku pasar, terlebih memantau siapa menteri keuangan RI berikutnya. 

Di sisi lain, IHSG semakin tertekan oleh sentimen domestik yaitu kebijakan FCA atau full call auction. Liza mengatakan IHSG dihadapkan dengan batu sandungan FCA yang dikenakan kepada saham berkapitalisasi besar seperti PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN). 

Hal itu karena pasar khawatir dengan masalah likuiditas atas saham BREN, sehingga pergerakannya jadi sangat volatil belakangan dan membuat IHSG menjadi roller coaster

“Sedangkan di sektor lain yang lebih stabil seperti finansial atau saham bluechips lainnya juga belum ada katalis yang benar-benar bisa menopang IHSG,” kata dia.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper