Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas terpantau variatif setelah ditutup melemah yang dibantu oleh melesunya dolar, sedangkan harga batu bara ditutup melemah dan CPO menguat.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot telah melemah 0,07% ke level 2.359,60 pada perdagangan Rabu (29/5/2024) pada pukul 06.50 WIB. Kemudian, harga emas Comex kontrak Agustus 2024 menguat 0,17% ke level US$2.383,40 per troy ounce pada pukul 06.40 WIB.
Mengutip Reuters, harga emas menguat pada Selasa (28/5) dibantu oleh melemahnya dolar karena investor yang menanti data inflasi Amerika Serikat (AS) yang dirilis pada akhir pekan ini, untuk kejelasan lebih lanjut mengenai penurunan suku bunga.
"Indeks dolar turun dan kami melihat tingkat kurva imbal hasil turun sedikit. Emas keluar dari koreksi dan berada di sekitar level resistensi dan sekarang memantul lagi," jelas kepala strategi komoditas di TD Securities, Bart Melek.
Lanjutnya, dia berpandangan optimistis terhadap emas. Ambiguitas kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) dinilai mungkin akan menghambat kenaikan harga emas dan pergerakannya akan sangat bergantung pada data di masa depan.
Dolar juga telah merosot ke level terendah dalam lebih dari satu minggu, membuat emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Harga Batu Bara
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak Mei 2024 di ICE Newcastle ditutup melemah 0,28% ke level US$142,40 per metrik ton pada penutupan perdagangan Selasa (28/5). Kemudian, batu bara kontrak Juli 2024 juga melemah 0,91% ke US$142 per metrik ton.
Mengutip Bigmint, pasar baru bara kokas China terus membaik pada 24 Mei 2024. Hal ini lantaran adanya pemulihan moderat di pasar baja domestik, sehingga memperkuat ekspektasi bahwa pabrik baja dapat meningkatkan pengadaan batu bara kokas untuk memenuhi kebutuhan produksi mereka yang lebih tinggi dalam jangka pendek.
Adapun, harga baja yang menguat telah meningkatkan profitabilitas di antara pabrik baja China minggu lalu. Berdasarkan data Mysteel, diketahui bahwa 54,1% dari 274 pabrik baja yang dipantau secara nasional mampu menghasilkan keuntungan hingga 23 Mei 2024, naik sedikit dari 52% pada minggu sebelumnya.
Menurut seorang pelaku pasar, peningkatan profitabilitas ini dapat mendorong pabrik baja untuk menghidupkan kembali tanur tiup mereka dan memberikan dorongan baru bagi penjualan batu bara kokas.
Kemudian, berdasarkan prediksi seorang sumber, produksi logam panas di antara 247 pabrik tersebut dapat meningkat lebih lanjut dalam waktu dekat, untuk mencapai puncak sekitar 2,45 juta ton per hari. Lanjutnya, permintaan hilir untuk batu bara kokas juga dinilai bisa tetap kuat.
Harga CPO
Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada penutupan perdagangan Selasa (28/5) kontrak Agustus 2024 menguat 93 poin ke 3.963 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia. Berikutnya, kontrak Juni 2024 ditutup menguat 86 poin menjadi 3.951 ringgit per ton.
Mengutip Bernama, pedagang berpendapat bahwa kontrak berjangka CPO berakhir lebih tinggi pada Selasa (28/5) di tengah kinerja ekspor minyak sawit yang lebih kuat dan harga palm olein Dalian yang lebih tinggi.
David Ng juga menuturkan bahwa sentimen dipengaruhi pengisian kembali persediaan di negara-negara pembeli utama, yang dilihat sebagai pendukung harga.
“Kami melihat dukungan pada RM3.900 per ton dan resistensi pada RM4.050 per ton,” jelasnya.
Kepala riset komoditas Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani, juga menuturkan bahwa penurunan laju produksi minyak sawit telah mengabaikan kerugian pasar pada Senin (27/5).
Lanjutnya, dia menyampaikan bahwa data Southern Peninsula Palm Oil Millers' Association (SPPOMA) pada 1-25 Mei 2024 menunjukan peningkatan produksi 17,66% secara bulanan. Laju ini menurun dari 26% pada 1-20 Mei 2024 dan 56,35% pada periode 1-15 Mei 2024.