Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan depan periode 6-10 Mei 2024 dipengaruhi rilis data pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kuartal I/2024 pada Senin (6/5/2024).
Community & Retail Equity Analyst Lead Indo Premier Sekuritas Angga Septianus mengatakan, data pertumbuhan PDB Indonesia pada kuartal I/2024 diprediksi akan bertumbuh sebesar 5% secara tahunan.
"Angka ini berada di bawah catatan kuartal sebelumnya atau kuartal IV/2023 yang berada di level 5,04% secara tahunan," ujar Angga kepada Bisnis, Minggu (5/5/2024).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2024, PDB Indonesia diperkirakan akan mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,3% didukung oleh belanja terkait Pemilu pada Februari 2024 lalu.
Adapun, IHSG ditutup di level 7.134 per Jumat (3/5/2024), atau naik 1,6% dalam sepekan. Menurutnya, saat ini IHSG sedang menguji support MA200 daily yang berada di level 7.050, apabila tidak mampu bertahan maka IHSG berpotensi untuk terus turun ke 6.800 hingga 6.900.
"Level 7.030 menjadi support yang sudah diuji berkali-kali ketika IHSG mengalami koreksi, sedangkan resisten berada di level 7.250. Sehingga area tersebut menjadi support dan resisten IHSG dalam jangka pendek," jelasnya.
Baca Juga
Angga mengatakan, pada sepekan lalu, beberapa emiten juga telah menyampaikan laporan kinerja kuartal I, di antaranya yaitu emiten perbankan BMRI dan BBNI yang mencatatkan kenaikan laba masing-masing sebesar 1,1% dan 2% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023.
Dari keempat bank besar seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI, hanya BBCA dan BBNI yang berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih secara kuartalan, sedangkan BMRI dan BBRI mengalami penurunan laba bersih jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
"Setelah BMRI menyampaikan laporan kinerja untuk kuartal I, saham emiten ini turun lebih dari 10% dalam sehari pada 2 Mei lalu, dan merupakan penurunan lebih dari 10% dalam 1 hari, atau yang pertama dalam 12 tahun terakhir," jelasnya.
Dia mengatakan, beberapa sektor saham yang menguat pada pekan lalu yakni sektor kesehatan dan energi yang naik masing-masing 7% dan 2,5% dalam sepekan.
Sementara itu, sektor saham top losers yakni transportasi dan sektor konsumer cyclical yang melemah masing-masing 1,06% dan 0,4% dalam sepekan.
Dari sentimen global, pada 2 Mei 2024, Bank Sentral AS The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan, dan memprediksi bahwa tidak akan ada kenaikan suku bunga lagi yang terjadi pada sisa tahun ini.
"Namun, Jerome Powell juga menyampaikan kemungkinan penurunan suku bunga tahun ini hanya akan terjadi 1 kali dari yang sebelumnya diprediksi akan ada penurunan suku bunga sebanyak 3 kali sesuai yang disampaikan pada FOMC Desember lalu," katanya.
Pada Jumat lalu, AS juga telah merilis data ketenagakerjaan yang menggambarkan kondisi ekonomi dan tingkat inflasi. Non-farm Payroll (NFP) April 2024 mencatatkan tambahan tenaga kerja sebesar 175.000, jauh di bawah pencapaian bulan sebelumnya yang sebesar 303.000, dan juga konsensus yang sebesar 243.000.