Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Kakao Tembus US$10.080, Cokelat Makin Mahal seiring Kurangnya Pasokan

Harga biji kakao semakin mahal seiring defisit pasokan yang terjadi 3 tahun berturut-turut.
Pekerja memperlihatkan perbandingan kualitas biji kakao yang buruk dan baik di perkebunan kakao Pasir Ucing, Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (1/2/2021). - Bisnis/Rachman
Pekerja memperlihatkan perbandingan kualitas biji kakao yang buruk dan baik di perkebunan kakao Pasir Ucing, Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (1/2/2021). - Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA — Harga biji kakao melonjak 4,5% menjadi US$10.080 per ton pada Selasa (26/3/2024), sehingga memperpanjang reli yang menyebabkan kenaikan harga cokelat.

Lonjakan harga kakao menjadi berita buruk bagi konsumen, terlebih menjelang hari raya Paskah, karena terdapat kekhawatiran produsen cokelat akan menaikkan harga atau menjualnya dengan harga yang sama, tetapi ukurannya diperkecil maupun mengandung lebih sedikit cokelat.

Saat ini, pasar komoditas sedang terguncang oleh buruknya hasil panen kakao para petani di Afrika Barat yang menyebabkan dunia mengalami defisit pasokan biji kakao 3 tahun berturut-turut.

Analis Rabobank yang berbasis di London, Paul Joules menjelaskan bahwa kenaikan harga saat ini sulit untuk dibenarkan oleh karena dinamika pasar yang dapat berubah-ubah.

"Setiap kali mengalami penurunan, pasar terlihat langsung naik kembali, yang mana lebih banyak dilakukan oleh pihak-pihak komersial, mereka telah menjadi pembeli bersih," ujar Joules dikutip dari Bloomberg pada Rabu (27/3/2024).

Industri kakao sedang bergulat dengan dampak buruk pendapatan yang dibayarkan kepada petani dan kekhawatiran akan ketersediaan biji kakao.

Peraturan Uni Eropa dengan tujuan menghentikan penjualan di toko terhadap produk-produk yang merusak hutan, juga semakin mempersulit produsen cokelat untuk mendapatkan pasokan.

Selain kekhawatiran mengenai kelangkaan produk, tekanan juga meningkat pada pasar keuangan, ketika beberapa pedagang menjual kontrak untuk melakukan lindung nilai terhadap kepemilikan fisik.

Namun demikian, ketika menunggu kontraknya jatuh tempo, mereka membutuhkan uang tunai untuk memenuhi margin call atas kerugian derivatif. Kemudian di pasar yang sedang berkembang, mereka mungkin terpaksa menutup posisi short sehingga memicu reli harga.

Regulator perkebunan Pantai Gading menjelaskan bahwa fokus saat ini ada pada masa panen pertengahan di Afrika Barat, yang diperkirakan jumlahnya menyusut pada musim ini.

"Situasi pasokan di Afrika Barat masih sangat terbatas menjelang dimulainya panen pertengahan musim tanam minggu depan dan hal ini terus menopang harga kakao," dikutip dari laporan The Hightower Report.

Petani kakao lainnya seperti Brasil dan Ekuador terus berupaya meningkatkan produksi. Namun, perlu waktu beberapa tahun sebelum pohon yang baru ditanam dapat menghasilkan biji kakao.

Berdasarkan perkiraan Organisasi Kakao Internasional, rasio stockpiles-to-grindings akan turun ke level terendah dalam lebih dari empat dekade di musim ini, yang mencerminkan posisi pasar sedang genting.

Adapun, di pasar komoditas New York harga biji kakao naik 3,5% menjadi US$9,991 pada perdagangan Selasa (26/3/2024). Pada pasar komoditas lainnya, gula mentah naik 1% dan kopi arabika naik tipis, sedangkan kakao di London diproyeksikan meningkat lebih dari dua kali lipat pada 2024. (Chatarina Ivanka)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Redaksi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper