Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas bergerak variatif setelah turun dari level tertinggi usai bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed menahan suku bunga. Sementara itu, batu bara dan CPO ditutup melemah.
Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (21/3/2024), harga emas spot menguat 0,02% atau 0,49 poin ke US$2.181,82 per troy ounce pada pukul 7.03 WIB. Sementara itu, harga emas berjangka Comex kontrak Juni 2024 melemah -0,06% atau -1,40 poin ke US$2.205,10 per troy ounce pada pukul 7.00 WIB.
Mengutip Reuters, harga emas melemah tipis pada Kamis (21/3) dan menghentikan relinya terutama setelah ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengisyaratkan tiga kali pemangkasan suku bunga pada tahun ini.
“Pembelian agresif semalam tampaknya telah kehabisan tenaga dan harga emas terkoreksi, mengingat pasar suku bunga hanya sedikit mengabaikan risiko penurunan suku bunga lebih lanjut pada tahun 2024,” jelas ahli strategi komoditas di TD Securities Daniel Ghali.
Analis Julius Baer, Carsten Menke juga mengatakan bahwa sentimen di pasar berjangka emas sangat positif. Dana lindung nilai (hedge fund) dan trader jangka pendek, atau pengikut tren lainnya, telah bersiap untuk kenaikan harga. Mereka dinilai menjadi pengendali situasi, di saat pasar emas fisik kini melesu.
Harga Batu Bara
Baca Juga
Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip Jumat (22/3), harga batu bara berjangka kontrak April 2024 di ICE Newcastle pada perdagangan Kamis (21/3) melemah -0,20% atau -0,25 poin ke level US$124,65 per metrik ton.
Kemudian, kontrak pengiriman untuk Mei 2024 juga mengalami penurunan sebesar -0,43% atau -0,55 poin ke level US$126,05 per metrik ton.
Mengutip Energyworld, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Mjunction Services Ltd, impor batu bara India pada periode fiskal April-Januari 2024 mencatatkan sedikit kenaikan 1,65% menjadi 212,24 juta ton jika dibandingkan pada periode tahun lalu.
CEO dan Mjunction Services MD, Vinaya Varma, mengatakan bahwa permintaan batu bara Impor di India memang telah melemah dalam beberapa minggu terakhir.
“Kami memperkirakan tren ini akan berlanjut pada Maret [2024] mengingat ketersediaan batu bara dalam negeri yang melimpah di lubang tambang dan pembangkit listrik termal,” jelasnya.
India mencatatkan kenaikan kecil dalam impor batu bara sebesar 1,65% menjadi 212,24 juta ton pada periode fiskal April-Januari 2024 dibandingkan periode tahun lalu.
Harga CPO
Harga CPO atau minyak kelapa sawit di Bursa Derivatif Malaysia pada April 2024 melemah -11 poin menjadi 4.353 ringgit per metrik ton. Kontrak acuan, Juni 2024, telah melemah -23 poin menjadi 4.249 ringgit per metrik ton.
Mengutip Reuters, minyak sawit berjangka Malaysia telah menurun pada Kamis (21/3) di tengah ketidakpastian pertumbuhan produksi dan beberapa koreksi pada minyak nabati saingannya.
Pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur mengatakan bahwa kontrak acuan Juni 2024 telah melemah setelah Asosiasi Penggilingan Minyak Sawit Semenanjung Selatan (SPPOMA) melaporkan angka produksi yang lebih tinggi pada 1-20 Maret 2024. Hal ini karena minyak kelapa sawit saingannya di bursa Dalian telah kehilangan sebagian besar kenaikannya.
“Dari segi fisik, sebenarnya permintaan terhadap kelapa sawit tidak begitu besar. Pasokannya tersedia, dan di beberapa tempat harga minyak pesaingnya relatif lebih murah dibandingkan kelapa sawit,” jelas pedagang lainnya.
Lanjutnya, agar kenaikan harga CPO di masa depan bisa berlanjut, menurutnya minyak nabati pesaingnya harus dijual dengan harga yang lebih tinggi.
Kontrak minyak sawit Dalian, DCPcv1, naik 0,7%. Kontrak minyak kedelai, DBYcv1, juga meningkat 1,36%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT), BOc2 hampir tidak berubah.
Analis teknikal Reuters, Wang Tao, berpendapat bahwa harga minyak sawit mungkin naik ke kisaran 4,751-4,859 ringgit per metrik ton pada kuartal II/2024.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Ringgit malaysia ditutup menguat 0,45% terhadap dolar AS pada Kamis (21/3). Ringgit yang menguat membuat minyak kelapa sawit kurang menarik bagi pemegang mata uang asing.