Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (12/3): Batu Bara Melesu, CPO Lewati 4.200 Ringgit

Harga CPO di bursa derivatif Malaysia telah menghijau dan lewati harga 4.200 ringgit per ton.
Uap di pembangkit listrik berbasis batu bara yang berlokasi di Latrobe Valley, Australia./ Bloomberg - Carla Gottgens
Uap di pembangkit listrik berbasis batu bara yang berlokasi di Latrobe Valley, Australia./ Bloomberg - Carla Gottgens

Bisnis.com, JAKARTA - Harga batu bara telah melemah di kala impor China pada 2024 diperkirakan sedikit berubah atau menurun. Sedangkan CPO menguat di tengah berkurangnya stok di Malaysia, sehingga pasokan di pasar menjadi mengetat.

Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip Selasa (12/3/2024), harga batu bara berjangka kontrak April 2024 di ICE Newcastle pada perdagangan Senin (11/3) mencatatkan pelemahan sebesar -2,31% atau -3,15 poin ke level 133,35 per metrik ton. 

Kemudian, kontrak pengiriman untuk Mei 2024, juga melemah sebesar -1,97% atau -2,70 poin ke level 134,35 per metrik ton.

Mengutip Reuters kalangan pemerintah, perusahaan listrik pemerintah, dan pedagang memperkirakan bahwa impor batu bara China pada 2024 menunjukkan sedikit perubahan atau penurunan, meskipun permintaan secara keseluruhan pada komoditas tersebut meningkat. 

Kepala manajemen batu bara di perusahaan listrik Guangdong Energy Group, Wu Wenbin, memproyeksi bahwa impor batu bara China berkisar antara 450-500 juta metrik ton tahun ini, dibandingkan rekor tahun lalu sebesar 474,42 juta ton. 

Pertumbuhan yang kurang signifikan dalam pengiriman batu bara oleh China dapat membuat harga global menurun dan kekhawatiran akan kelebihan pasokan akan meningkat. 

Indonesia selaku eksportir terbesar batu bara di dunia, diproyeksi akan meningkatkan lagi volume ekspornya dari level rekor sebelumnya.

Administrasi Umum Bea Cukai pada Kamis (7/3) juga melaporkan impor batu bara China pada Januari-Februari 2024 meningkat 23% (year-on-year/yoy) menjadi 74,52 juta metrik ton, dari yang sebelumnya sebesar 60,53 juta metrik ton, mencatatkan rekor tertinggi dalam periode tersebut. 

Adapun, China menggabungkan data impor selama dua bulan dalam satu rilis agar dapat meratakan dampak liburan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada Februari setiap tahun. 

  • Harga CPO  

Berikutnya, untuk harga CPO atau minyak kelapa sawit di Bursa Derivatif Malaysia pada April 2024 menguat 27 poin menjadi 4.206 ringgit per metrik ton. Kemudian untuk kontrak acuan Mei 2024 menguat 39 poin menjadi 4.133 ringgit per metrik ton. 

Mengutip Bernama, kontrak berjangka CPO pada Senin (11/3) telah berakhir lebih tinggi. Para analis berpendapat bahwa hal ini terjadi di tengah berkurangnya stok CPO di Malaysia, sehingga pasokan menjadi mengetat di pasar. 

Berdasarkan laporan kinerja industri terbaru dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) pada Februari 2024, pedagang minyak sawit David Ng berpendapat bahwa stok CPO di Malaysia mencapai titik terendah dalam tujuh bulan sejak Juli 2023, menjadi 1,92 juta ton dari 2,02 juta ton pada bulan sebelumnya. 

Kemudian, David juga mengatakan bahwa kenaikan masa depan akan didukung oleh penguatan harga minyak kedelai. “Kami melihat support di 4.000 ringgit per ton dan resistensi di 4.250 ringgit per ton,” jelasnya. 

Analis lain juga mengatakan bahwa pasar kini berfokus pada angka ekspor dan produksi Maret 2024, serta dimulainya kembali permintaan menjelang bulan Ramadhan yang akan dimulai pada hari ini, Selasa (11/3).

CGS International Futures Malaysia Sdn Bhd juga mengatakan bahwa CPO hari ini didukung sentimen positif mengenai ketatnya pasokan selama konferensi industri di Kuala Lumpur pada minggu lalu. Hal ini menandakan pasar berada dalam kondisi bullish di kala kekhawatiran stagnasi produksi di Asia Tenggara. 

Mereka berpendapat bahwa pelaku pasar memperkirakan ekspor yang lebih tinggi dari Malaysia selama 10 hari pertama Maret 2024, setelah empat bulan mengalami penurunan. 

“Namun, harga minyak sawit yang premium dan tinggi dapat membatasi permintaan ekspor,” terangnya. 

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Ringgit malaysia ditutup menguat 0.04% terhadap dolar AS pada Senin (11/3). Ringgit yang menguat membuat minyak kelapa sawit kurang menarik bagi pemegang mata uang asing. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper