Bisnis.com, JAKARTA – Laporan Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan ada dua calon emiten dengan aset jumbo di atas Rp250 miliar, yang masuk daftar tunggu atau pipeline penawaran umum perdana (initial public offering/IPO).
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyampaikan hingga 1 Maret 2023, sebanyak 19 perusahaan telah mencatatkan saham di BEI dengan total dana terhimpun Rp3,45 triliun. Di sisi lain, terdapat 17 perusahaan yang masuk daftar tunggu.
“Hingga saat ini, terdapat 17 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ujar Nyoman melalui keterangan tertulis pada Minggu (3/3/2024).
Jika dibedah lebih jauh, dari 17 perusahaan yang siap melantai di BEI, terdapat 2 perusahaan yang memiliki aset berskala besar atau di atas Rp250 miliar.
Sementara itu, mayoritas atau 14 perusahaan yang masuk dalam pipeline terdaftar sebagai perusahaan berskala menengah dengan aset di rentang Rp50 miliar hingga Rp250 miliar. Adapun terdapat 1 perusahaan beraset kecil atau di bawah Rp50 miliar.
Secara sektoral, sebanyak 2 calon emiten bergerak di sektor basic materials, lalu dari sektor konsumer siklikal ada 2 calon emiten dan nonsiklikal sebanyak 4 perusahaan.
Baca Juga
Selanjutnya, ada 5 perusahaan yang masuk dalam pipeline berasal dari sektor industrial, 1 calon emiten dari sektor infrastruktur, dan 3 perusahaan selanjutnya bergerak di sektor teknologi.
Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, BEI menargetkan tiga perusahaan beraset Rp3 triliun untuk melakukan pencatatan saham perdana sepanjang 2024.
Nyoman menuturkan bahwa BEI selalu menargetkan adanya lighthouse company atau perusahaan yang dianggap sebagai mercusuar, untuk melantai di bursa setiap tahunnya.
Menurutnya, perusahaan lighthouse memiliki beberapa karakter, salah satunya free float atau saham yang dimiliki publik minimal 15%. Adapun dari sisi aset senilai Rp3 triliun.
“Kami targetkan tiga [perusahaan] lighthouse, tentu itu minimal. Kalau dari sisi jumlah total efek dari 200 menjadi 250,” ujarnya saat ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (15/2/2024).
Nyoman menambahkan bahwa pada prinsipnya, BEI juga terus melakukan pendekatan, baik terhadap perusahaan berskala besar maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).