Bisnis.com, JAKARTA — Emiten bank jumbo seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menjadi incaran investor asing pada perdagangan periode pekan ini saat Prabowo-Gibran unggul dalam Real Count KPU dengan 57,5% pada Sabtu (17/2/2024) pukul 12.00 WIB.
Mengacu data RTI Business, nilai beli asing atau net foreign buy saham BMRI dalam sepekan perdagangan 12 Januari 2024 hingga 16 Januari 2024 mencapai Rp2,09 triliun. Kemudian, net foreign buy BBCA dalak sepekan ini mencapai Rp1,44 triliun.
Bank jumbo lainnya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatatkan net foreign buy Rp1,95 triliun dalam sepekan ini. Lalu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.(BBNI) mencatatkan net foreign buy yang juga besar pada pekan ini Rp562,63 miliar.
Net foreign buy BBCA, BMRI, dan BBRI itu mengalahkan emiten di sektor lain seperti PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) dengan net foreign buy Rp584,8 miliar dan PT MD Pictures Tbk. (FILM) net foreign buy Rp100,52 miliar.
Seiring dengan tingginya minat beli asing, kinerja saham bank-bank jumbo pun moncer dalam sepekan ini. Harga saham BMRI ditutup di level Rp7.200 pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (16/2/2024). Harga saham BMRI itu naik 5,11% dalam sepekan.
Kemudian, harga saham BBCA naik 3,38% dalam sepekan ditutup di level Rp9.950. Harga saham BBRI naik 5,58% dalam sepekan dan ditutup di level Rp6.150. Lalu, BBNI naik 3,9% dalam sepekan dan ditutup di level Rp6.000.
Saham bank-bank jumbo itu menjadi incaran asing di tengah Pemilu 2024. Adapun, dalam gelaran Pilpres, pasangan Prabowo-Gibran unggul mengacu quick count lembaga survei dan real count sementara dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Berbagai hasil quick count Pilpres 2024 dari lembaga survei menunjukkan bahwa pasangan Prabowo–Gibran memperoleh 57%–59% suara dalam pemilu 2024. Sementara itu, hasil real count KPU pagi ini, Sabtu (17/02/2024) menunjukkan perolehan paslon tersebut mencapai 57,43% dari 63,62% suara yang sudah masuk.
Lead Investment Analyst Stockbit Edi Chandren menyampaikan meski quick count bukanlah hasil resmi, selisih suara yang besar menandakan bahwa Pilpres 2024 kemungkinan besar akan selesai dalam satu putaran saja. "Hal ini berpotensi disambut positif oleh pasar dan mengundang inflow dari investor asing," tulisnya dalam publikasi riset pada beberapa waktu lalu.
Namun, Edi mengingatkan bahwa dampak dari sentimen positif ini belum tentu berlangsung lama. Oleh karena itu, penting agar investor tetap memperhatikan fundamental dan valuasi dari masing-masing perusahaan.
Di sisi lain, saham bank-bank jumbo seperti BBCA dan BMRI ini memang dinilai mempunyai potensi moncer pada tahun ini. Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan harga saham bank-bank jumbo masih prospektif.
"Pada 2024 ada potensi peningkatan kredit konsumer seiring dengan penerapan suku bunga acuan yang longgar dari bank sentral. Bank jumbo juga bisa mengurangi risiko kredit dan menekan NPL [nonperforming loan]. Bank jumbo juga rajin bagikan dividen dan ini menarik bagi para pelaku investor," kata Nafan.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani juga mengatakan bank jumbo seperti BBCA dan BBNI masih memiliki prospek bagus karena fundamental yang kuat serta valuasi yang menarik (undervalued) atau fairvalued.
"Prospek pada 2024 juga bagus karena secara historis kalau kita lihat saat kampanye pemilu salah satu best performer adalah sektor keuangan yaitu perbankan," ujar Arjun.