Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak naik lebih dari 3% pada penutupan perdagangan Kamis (8/2/2024), di tengah kekhawatiran meluasnya konflik di Timur Tengah setelah Israel menolak tawaran gencatan senjata dari Hamas.
Mengutip Reuters, minyak brent berjangka ditutup naik US$2,42, atau 3%, menjadi US$81,36 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS naik US$2,36, atau 3,2%, menjadi US$76,22.
Patokan Brent menembus US$80 per barel dan WTI naik di atas US$75 per barel untuk pertama kalinya pada bulan Februari.
Pasukan Israel mengebom kota perbatasan selatan Rafah pada hari Kamis setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak proposal untuk mengakhiri perang di daerah kantong Palestina.
“Pasar menahan nafas mengenai potensi dampak selanjutnya,” kata John Kilduff, mitra Again Capital LLC. Serangan terhadap pengiriman minyak oleh pemberontak Houthi yang didukung Iran terus mengganggu perdagangan minyak global, tambahnya.
Delegasi Hamas tiba di Kairo pada hari Kamis untuk melakukan pembicaraan gencatan senjata dengan mediator Mesir dan Qatar.
Baca Juga
Di AS, penurunan stok bensin dan sulingan menengah yang lebih besar dari perkiraan juga mendukung pasar minyak.
Berkurangnya stok bahan bakar, dikombinasikan dengan peningkatan stok minyak mentah, merupakan tanda pemeliharaan kilang AS, kata Varga.
“Pemeliharaan kilang AS yang sedang berlangsung, ditambah dengan kekurangan solar di Eropa, dapat membantu menjaga sentimen positif untuk saat ini,” tambahnya.
Di Rusia, kerusakan pada kilang akibat serangan drone Ukraina dan pemadaman teknis menyebabkan ekspor minyak mentah lebih banyak dari yang direncanakan pada bulan Februari, yang berpotensi merusak janji negara tersebut untuk mengurangi pasokan berdasarkan pakta OPEC+, menurut para analis.
Di tempat lain, ladang minyak Johan Sverdrup di Norwegia – yang terbesar di Laut Utara – akan mempertahankan produksi stabil pada tingkat yang lebih tinggi yaitu 755.000 barel per hari (bpd) untuk sisa tahun ini, kata Aker BP.
Kapasitas awal yang direncanakan adalah 660.000 barel per hari. Pertumbuhan permintaan tetap sehat di negara-negara konsumen minyak besar, termasuk India dan Amerika Serikat, kata Giovanni Staunovo, analis di UBS.
Klaim pengangguran AS turun sedikit lebih besar dari perkiraan minggu lalu, Departemen Tenaga Kerja mengatakan pada hari Kamis, menunjuk pada kekuatan pasar kerja yang mendasarinya.