Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak kini melemah setelah sempat mengalami kenaikan lantaran Negeri Paman Sam atau Amerika Serikat (AS) berjanji akan melakukan serangan lebih banyak terhadap pasukan dan proksi Iran. Houthi juga berjanji untuk melakukan serangan pembalasan.
Berdasarkan data Bloomberg, Senin (5/12/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Maret 2024 melemah 0,47% atau 0,34 poin menjadi US$71,94 per barel pada pukul 16.13 WIB. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak April 2024 juga melemah 0,36% atau 0,28 poin ke US$77,05 per barel.
Pengeboman pada akhir pekan ini menandai serangan terbesar yang dilakukan Houthi, sejak operasi awal pada 11 Januari 2024 sebagai bagian dari langkah untuk mengakhiri serangan pada kapal komersial di Laut Merah.
Walaupun ada peringatan akan adanya serangan lebih lanjut, para pejabat senior AS mengatakan bahwa negaranya tidak akan terlibat dalam konflik regional yang berkepanjangan. Dolar yang lebih menguat juga membuat minyak lebih mahal bagi banyak investor.
Pada pekan lalu harga minyak juga telah merosot, bahkan menghapus hampir seluruh kenaikan pada 2024. Kemerosotan ini terjadi di tengah pembicaraan untuk menghentikan konflik Israel-Hamas, meskipun Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan bahwa perjanjian belum akan tercapai.
Adapun, terdapat juga tanda-tanda pasokan yang cukup kuat karena produksi OPEC tetap di atas batas kolektif dan AS menghasilkan jumlah rekor.
Baca Juga
“Mengingat serangan militer AS menghindari serangan langsung terhadap Iran, kami pikir perundingan gencatan senjata Israel-Hamas akan memiliki efek yang lebih dominan,” jelas analis di Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar.
Menurutnya, hal tersebut dinilai akan menjaga harga minyak Brent berjangka berada di bawah US$80 per barel, karena pasar lebih memperhatikan risiko berlebihnya pasokan di kuartal mendatang.
Sementara, di tempat lain, sejumlah besar kapasitas penyulingan mungkin akan ditutup setelah kebakaran di fasilitas Lukoil PJSC di Volgograd Rusia pada akhir pekan.
Hal ini terjadi diduga karena jatuhnya pesawat tak berawak dari Ukraina. Kontrak berjangka diesel kemudian juga melonjak sebesar 1,8% pada Senin (5/2), terbesar dalam seminggu.