Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia masih stabil karena berlanjutnya serangan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah yang membuat tingginya ketegangan di Timur Tengah diimbangi dengan prospek ekonomi global yang goyah.
Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (16/1/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Februari 2024 melemah -0,36% atau -0,26 poin ke level US$72,42 per barel pada pukul 9.10 WIB.
Kemudian, harga minyak Brent kontrak Maret 2024 juga melemah tipis -0,01% atau 0,01 poin ke posisi US$78,14 per barel.
Houthi menyerang kapal komersial milik Negeri Paman Sam dengan rudal balistik anti-kapal pada Senin (15/1) dengan menggarisbawahi peringatan dari kelompok-kelompok militer dan perdagangan bahwa jalur perairan tersebut masih terlalu berisiko untuk navigasi.
Kemudian, meskipun terjadi lonjakan ketegangan di wilayah yang memasok sepertiga minyak mentah dunia, kontrak berjangka menghadapi tekanan dari pasar keuangan yang lebih luas.
Pejabat Bank Sentral Eropa juga memberi isyarat bahwa mungkin terlalu dini untuk menurunkan suku bunga pada 2024, mengingat masih adanya risiko inflasi dan geopolitik.
Baca Juga
Dolar AS juga menguat pada Selasa (16/1) sehingga membuat komoditas ini lebih mahal bagi para pembeli dari luar negeri.
Pendiri Vanda Insights di Singapura, Vandana Hari, mengatakan bahwa ketidakpedulian minyak mentah terhadap lonjakan ketegangan di Timur Tengah tampaknya sedikit mengejutkan.
“Ini merupakan indikasi sejauh mana pandangan terhadap fundamental minyak global semakin suram,” jelasnya.
Adapun, terdapat risiko utama bahwa Iran akan terlibat langsung ke dalam konflik. Namun pasar minyak tampaknya mengabaikan kemungkinan tersebut pada saat ini.
Lebih banyak kapal tanker minyak dan gas sekarang dialihkan dari rute Laut Merah yang bermasalah, dengan beberapa perusahaan dan produsen telah mengatakan bahwa mereka akan menghindari daerah tersebut. Di antara yang terbaru, Qatar tampaknya mengirim kapal gas alam cair ke Eropa melalui rute yang lebih panjang di sekitar Afrika.
Citigroup dalam catatannya juga mengatakan bahwa meskipun tidak ada produksi yang hilang, pengalihan kapal tanki ini secara tidak langsung membuat pasar lebih ketat dan memaksa stok minyak di laut menumpuk.
"[Namun], ini bukan kasus dasar kami bahwa serangan AS/Inggris terhadap target-target Houthi di Yaman dan masalah-masalah di Laut Merah akan menyebabkan kenaikan harga minyak yang substansial," jelasnya.