Bisnis.com, JAKARTA - Indeks saham teknologi tercatat mengalami pelemahan paling dalam sepanjang 2023 dengan turun 14,07% selama setahun. Lalu, bagaimana prospeknya untuk tahun ini?
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menuturkan secara sektor, indeks sektoral yang menampung saham-saham seperti GOTO, BUKA, hingga EMTK ini masih mengalami perbaikan atau improving. Menurutnya, fase akumulasi untuk saham-saham di sektor ini masih relatif kuat.
"Seperti BUKA masih belum dapat sentimen negatif. Berbeda dengan GOTO yang dapat sentimen berita selling oleh salah satu investornya," ujar Nafan, Kamis (4/1/2024).
Dia melanjutkan, emiten-emiten di sektor teknologi saat ini lebih menitikberatkan kemampuan pada peningkatan gross merchandise value (GMV) dan gross transaction value (GTV). GMV adalah total nilai transaksi yang dikeluarkan pengguna.
Dia melanjutkan, emiten teknologi juga memanfaatkan stabilitas ekonomi domestik, sehingga bisa berdampak positif pada peningkatan bottom line perusahaan.
"Teknologi akan mengandalkan konsumsi domestik, karena di situlah bisa memberikan potensi peningkatan GMV," ucapnya.
Baca Juga
Sementara itu, Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christopher Rusli menuturkan emiten-emiten di sektor teknologi akan terkena dampak sikap dovish dari bank sentral AS.
"Dengan adanya sinyal dovish dari The Fed, kami lebih positif pandangannya terhadap saham-saham teknologi. Kalau ada sinyal dovish ini, biasanya saham-saham teknologi ini cenderung naik," ucap Christopher belum lama ini.
Christopher juga melihat tahun 2024 dapat menjadi kebangkitan bagi indeks sektoral teknologi. Dia memperkirakan akan banyak perusahaan teknologi yang melakukan IPO di tahun ini.
Dia mencermati, venture capital deals memang turun pada 2023, tetapi pada 2019-2021 venture capital deals masih tergolong cukup tinggi.
Menurutnya, investor pada VC ingin melihat investasi mereka terrealisasi. Christopher menuturkan, salah satu metode yang paling mudah untuk merealisasikan investasi mereka di Indonesia adalah dengan IPO.
"Jadi investasi yang diterima perusahaan teknologi pada 2019, mereka harus IPO di 2023-2024. Jadi ekspektasinya di tahun 2024 ada potensi IPO," tuturnya.
Dengan IPO perusahaan teknologi ini, saham-saham teknologi diharapkan dapat terangkat. Dengan demikian, indeks sektoral teknologi bisa terangkat naik lagi.
Adapun di sektor teknologi, Nafan memberikan rekomendasi akumulasi untuk saham BUKA, dengan target price (TP) pada Rp218, Rp244, dan Rp268 per saham. Sementara itu, support BUKA ada di Rp193 per saham.
Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Andi mengatakan tahun lalu memang terjadi outflow pada saham-saham yang masuk dalam kategori cyclical atau sensitif terhadap kondisi ekonomi. Hal tersebut akibat adanya pengetatan kebijakan moneter bank sentral dengan kenaikan suku bunga acuan dan normalisasi harga untuk komoditas global.
"Tetapi untuk 2024, kami berpandangan saham berkategori cyclical ini akan berpotensi menguat dibandingkan tahun sebelumnya," kata Oktavianus, Kamis (4/1/2024).
Dia menjelaskan, terdapat pendorong dari kondisi tahun 2023. Pendorong tersebut seperti sikap para bank sentral termasuk Bank Indonesia yang diperkirakan akan lebih dovish dibanding tahun 2023. Hal ini karena inflasi yang sudah mulai terkendali.
Walau demikian, Oktavianus menilai terdapat beberapa sentimen yang akan menghambat rotasi sektor tersebut. sentimen pertama adalah suku bunga.
Meski terjadi pemangkasan suku bunga, Oktavianus mengkhawatirkan suku bunga akan tetap berada di level tinggi untuk waktu yang panjang.
-------------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.