Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cukai Rokok Naik 10%, Simak Prospek Saham Rokok HMSP & GGRM Cs

Tarif cukai merupakan salah satu beban terbesar bagi perusahaan rokok seperti GGRM dan HMSP.
Pekerja memeriksa rokok yang diproduksi di pabrik di Inggris. - Bloomberg/Chris Ratcliffe
Pekerja memeriksa rokok yang diproduksi di pabrik di Inggris. - Bloomberg/Chris Ratcliffe

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten rokok termasuk HMSP, GGRM hingga WIIM berisiko terdampak kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) sebesar 10% yang berlaku per 1 Januari 2024. Hal itu membuat harga jual rokok kembali melambung dan menekan daya beli masyarakat.

Sebagai informasi, pada 2022 lalu pemerintah telah menetapkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) atau cukai rokok yang naik rata-rata 10% pada 2023 dan 2024.   

Ketentuan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 191/2022 tentang Perubahan Kedua atas PMK 192/PMK.010/2021 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) berupa sigaret, cerutu, rokok daun atau klobot, dan tembakau iris. 

Golongan sigaret kretek mesin (SKM) I dan II rata-rata naik antara 11,5%—11,75%, sigaret putih mesin (SPM) I dan II naik sekitar 11%, serta sigaret kretek tangan (SKT) rata-rata 5%.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan kenaikan cukai rokok 10% akan berdampak negatif terhadap kinerja fundamental dari emiten rokok. Pasalnya, tarif cukai merupakan salah satu beban terbesar bagi perusahaan atau emiten rokok.

Oleh sebab itu, dengan diputuskannya kebijakan untuk meningkatkan tarif cukai rokok, akan meningkatkan beban atau mempersulit perusahaan dalam mencetak laba bersih di tahun ini.

"Jelas dampaknya negatif dan ini kemungkinan tinggi menurut saya akan membuat kinerja keuangan serta kinerja saham emiten rokok tertekan," kata Arjun kepada Bisnis, Selasa (2/1/2024).

Menurutnya, tren saham emiten rokok saat ini juga kurang kondusif sehingga penurunan harga saham rokok bisa berlanjut dalam jangka pendek. 

"Outlook jangka panjang emiten rokok juga menurut saya kurang prospektif karena ekspektasinya juga permintaan rokok dalam jangka panjang akan mengalami penurunan yang sejalan dengan kesadaran masyarakat terkait kesehatan yang semakin tinggi," pungkas Arjun.

Di lain sisi, Macro Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Priyadi mengatakan, efek kenaikan cukai rokok sudah diperkirakan oleh para pelaku pasar, sehingga menurutnya tidak akan menimbulkan gejolak yang signifikan ke depan.

"Untuk efek kenaikan cukai, market sudah price-in ke harga para emiten, jadi seharusnya tidak ada gejolak lagi di masa mendatang," ujar Lionel kepada Bisnis.

Dari sisi rekomendasi saham, menurutnya saham PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dan PT H.M Sampoerna Tbk. (HMSP) cocok untuk dibeli oleh investor institusi, sedangkan saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM) boleh dipertimbangkan untuk investor ritel.

Sementara itu jika ditilik secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana merekomendasikan beli untuk saham HMSP dan WIIM.

"Untuk emiten rokok, secara teknikal kami mencermati HMSP rekomendasi buy dengan target harga Rp925-Rp945, dan WIIM rekomendasi buy dengan target Rp1.870-Rp2.010," ujar Herditya kepada Bisnis.

Sebagai informasi, pada perdagangan Selasa, (2/1/2024) saham HMSP terkoreksi 0,56% ke level Rp890 per saham, diikuti saham WIIM yang turun 0,28% ke level Rp1.770 per saham.

Sementara itu, saham GGRM justru naik 2,34% ke level Rp20.800 per saham. Disusul saham PT Indonesian Tobacco Tbk. (ITIC) yang naik 0,67% ke level Rp302 per saham.

____________________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper