Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat mengalami turbulensi di tengah tahun akhirnya sukses menutup 2023 pada zona hijau. Emiten-emiten yang terkoneksi dengan para naga, tak terkecuali Grup Salim pimpinan Anthoni Salim pun ikut berperan membopong laju indeks sepanjang tahun.
Sebagai konteks, posisi IHSG per perdagangan terakhir 2023, Jumat (29/12/2023) berada di level 7.272,8. Angka ini, bila dibandingkan posisi awal tahun (year-to-date/ytd) yang selevel 6.850,62 merefleksikan akumulasi penguatan 6,16%.
Grup Salim, baik lewat konsorsium maupun Anthoni Salim secara pribadi, tercatat menggenggam saham dengan porsi di atas 5% pada 23 emiten.
Memang, tidak semua emiten terkoneksi Salim mengalami tren penguatan harga saham. Dalam kalkulasi Bisnis, hanya 11 dari 23 emiten yang mahar sahamnya di akhir tahun lebih tinggi tinimbang label di awal kalender.
Namun demikian, mayoritas dari emiten yang menguat tersebut, yakni 9 dari 11 emiten sukses mengalami kenaikan harga saham di atas level penguatan IHSG.
1. Pantai Indah Kapuk Dua (PANI)
Nama pertama adalah PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk alias PANI. Harga saham perusahaan propoerti yang berbisnis hunian di kawasan PIK 2 ini menyentuh Rp4.900 per lembar di akhir tahun. Posisi yang menggambarkan penguatan 415,78% dari titik awal Rp950 per saham secara ytd.
Catatan tersebut sukses membuat PANI menjadi emiten terafiliasi Salim dengan pergerakan saham paling gahar sepanjang 2023.
Sebagai konteks, Salim memiliki PANI lewat sebuah konsorsium hasil kerja sama dengan satu naga lain, Sugianto Kusuma alias Aguan. PT Multi Artha Pratama, nama konsorsium tersebut, kini berstatus sebagai pengendali PANI dengan kepemilikan 88,07% dari keseluruhan saham beredar.
2. Amman Mineral (AMMN)
Secara tidak mengejutkan, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) juga sukses mengalahkan pergerakan mayoritas saham di Tanah Air dengan jarak amat jauh.
Di akhir tahun, saham AMMN finish pada harga Rp6.550 per saham. Catatan yang merefleksikan tren penguatan 286,43% dari harga saham IPO AMMN yang baru listing di BEI tahun ini.
Meski berstatus emiten pendatang baru, bahkan baru datang pada pertengahan tahun, AMMN langsung mencuri perhatian karena berbagai proyek jangka panjangnya.
Kehadiran Salim dan orang-orang di lingkarannya pada emiten ini relatif disambut baik lantaran konglomerasi ini sebelumnya telah lebih dulu menguasai PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS). Koneksi ini memungkinkan kedua entitas bersinergi dalam menopang proyek smelter tembaga yang sedang dirangkai AMMN.
Kepemilikan lingkaran Salim dalam emiten ini terbilang semu sekaligus kentara.
Di satu sisi, secara sah nama Anthoni Salim dan putranya Axton Salim hanyatampak pada PT Bakti Makmur Semesta Sukses, salah satu perusahaan yang memiliki saham minoritas PT Sumber Gemilang Persada (SGP). SGP merupakan pemegang saham terbesar AMMN.
Namun demikian, di dalam SGP juga terdapat nama-nama orang kepercayaan Grup Salim seperti Husein Susilo Tjioe, Hindarto Budiono, hingga Denny Susanto Salim.
Selain itu Agoes Prodjosasmito, salah satu orang dekat Salim, memiliki 15,45% saham langsung AMMN lewat sebuah entitas bernama AP Investment. AP juga merupakan entitas pengendali AMMN saat ini.
3. Nusantara Infrastructure (META)
Di kalangan investor ritel, nama PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) barangkali tak sepopuler perusahaan-perusahaan Salim lain macam Indofood (INDF dan ICBP) atau atau produsen sawit London Sumatera (LSIP).
Namun jangan salah, pergerakan saham META tahun ini diam-diam unggul jauh atas nama-nama tenar tersebut.
Dalam hitung-hitungan Bisnis, harga saham META meroket 96,69% sepanjang 2023. Tepatnya dari Rp121 menjadi Rp238 per saham.
Sayangnya, rapor mentereng ini akan menjadi episode penutup perusahaan, sebab akhir tahun ini META telah mengumumkan rencana untuk melakukan delisting dari BEI.
Perseroan, dalam keterbukaan informasi, menjelaskan dua alasan aksi ini dicanangkan. Yakni belum adanya rencana untuk menggalang dana tambahan dari pasar modal dan posisi kinerja keuangan kuartal III yang merugi.
4. Indomobil Sukses Internasional (IMAS)
Emiten Salim lain yang tidak kalah diam-diam mengalami pergerakan harga saham menanjak adalah PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS). Belakangan, saham IMAS mulai dipelototi investor seiring aksinya bekerja sama dengan mitra global untuk memboyong merek mobil China ke Indonesia.
Sebelumnya aksi tersebut, IMAS relatif jauh berada di bawah bayang-bayang PT Astra Internasional Tbk (ASII) dalam perebutan pangsa pasar otomotif. Bukan hal yang mengejutkan mengingat merek-merek yang disokong IMAS, mulai dari Suzuki hingga hingga BMW relatif memiliki angka penjualan lebih minor.
Terhitung hingga penutupan kalender 2023, harga saham IMAS ada pada level Rp1.395 per lembar, cenderung meningkat 60,34% dari posisi Rp870 per saham secara ytd.
Adapun Salim mengendalikan perusahaan tersebut lewat sebuah entitas bernama Gallan Ventures Ltd. Selain pengendali, Gallant yang merupakan kendaraan Anthoni Salim sejak lama juga merupakan pemegang saham terbesar dengan porsi kepemilikan 49,49%.
Baca Juga : Geng Orang Kaya Baru di Lingkaran Anthoni Salim |
---|
5. Asuransi Harta Aman Pratama (AHAP)
PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk (AHAP) malah lebih jauh di bawah radar. Dengan kapitalisasi pasar di kisaran Rp455 miliar, entitas pengelola bisnis asuransi ini memang jauh lebih kecil ketimbang emiten-emiten Salim lain. Namun, kapitalisasi pasar yang kecil tidak serta merta membuat pergerakan sahamnya kalah mencolok.
AHAP dikendalikan Anthoni Salim melalui PT Asuransi Central Asia (ACA Insurance) dengan kepemilikan 62,57%. Selanjutnya perusahaan juga dimiliki oleh Sendra Gunawan (12,83%), sementara porsi saham masyarakat adalah 24,61%.
Saham AHAP menutup 2023 dengan label harga Rp93 per saham. Mahar yang mencerminkan kenaikan 20,77% dari level Rp77 per saham secara ytd.
6. DCI Indonesia (DCII)
Emiten milik konglomerat Toto Sugiri, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) kembali mencuri perhatian. Sempat jadi buah bibir karena pergerakannya yang liar saat pandemi, perusahaan data center ini kembali mencuat.
Sepanjang 2023, harga saham DCII menanjak 16,76%, tepatnya dari Rp36.825 menjadi Rp43.000 per saham.
Meski bukan pengendali ataupun pemegang saham mayoritas, bukan rahasia lagi bila Anthoni Salim merupakan inevstor strategis DCII. Secara pribadi, Anthoni masih aktif memegang 11,12% dari total saham beredar.
Catatan itu membuat Anthoni menjadi investor langsung terbesar ketiga, yang mana porsi sahamnya hanya lebih kecil dari Toto Sugiri (29,9%) dan Marina Budiman (22,51%).
7. Medco Energi (MEDC)
Layaknya AMMN, kepemilikan Salim di PT Medco Energi Tbk (MEDC) memang masih bisa diperdebatkan. Namun, aroma Salim dalam emiten yang dikendalikan oleh Keluarga Panigoro ini juga lumayan kuat.
Salah satu dugaan yang memperkuat adalah kehadiran Diamond Bridge Pte Ltd dalam struktur pemegang saham MEDC.
Penelusuran Bisnis mentok mendapati bahwa perusahaan asal Singapura yang beralamat di Fook Hai Building ini hanya dimiliki oleh satu investor institusi. Namanya Premium Return Ventures Limited. Premium Return berdomisili di Vistra Corporate Centre Office, bangunan yang terletak di Road Town, Tortola, British Virgin Island.
Namun, indikasi lain menyiratkan bila Diamond Bridge memang tak jauh-jauh dari lingkaran Salim. Sebab, seturut data Otoritas Akuntansi dan Regulasi Perusahaan Singapura (ACRA), muncul sosok Agoes Prodjosasmito di dalam struktur Diamond Bridge.
Agoes menjabat sebagai direktur Diamond Bridge sejak 17 November 2017, alias 4 bulan sebelum entitas ini mulai membeli saham MEDC.
Bukan rahasia lagi bila Agoes merupakan salah satu “partner kepercayaan” Salim. Selain Diamond Bridge, Agoes juga menjadi direksi di beberapa portofolio investasi Salim di sektor komoditas. Macam Ithaca Resource, AMMN, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan BRMS.
Gerak saham MEDC sendiri, meski cenderung volatil pada paruh kedua 2023, masih cenderung mengungguli IHSG. Maharnya ada di level Rp1.155 per saham, 13,79% lebih mahal dari posisi Rp1.015 secara ytd.
8. Indoritel Makmur (DNET)
Dikenal sebagai perusahaan yang turut menjembatani sebagian investasi Grup Salim ke sektor ritel, PT Indorital Makmur Internasional Tbk (DNET) juga mengalami peningkatan kapitalisasi pasar.
Harga saham DNET mencapai Rp4.700 per saham di akhir tahun, naik dari Rp4.140 per saham di awal 2023.
DNET merupakan perusahaan yang berinvestasi di beberapa entitas, seperti Indomaret, PT Nippon Indosari Corporindo Tbk (ROTI) alias Sari Roti, hingga PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) yang mengelola KFC Indonesia.
Anthoni Salim memegang langsung kepemilikan 25,3% saham DNET per hari ini. Selain itu, Anthoni dan kerajaan bisnisnya juga memegang 20,13% saham DNET lain secara tidak langsung lewat sebuah badan bernama PT Megah Eraraharja.
Megah Eraraharja merupakan pemegang saham pengendali DNET.
9. Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)
BRMS melengkapi kepingan puzzle emiten-emiten Salim yang sahamnya berhasil mengalahkan pergerakan IHSG, menempati urutan sembilan.
Harga saham entitas Bakrie yang baru secara sah disuntik Salim dan lingkaran dekatnya per tahun lalu ini mencapai Rp170 per saham di akrhi 2023. Mahar ini merefleksikan penguatan 6,91% ytd.
Berikut daftar lengkap rapor saham emiten-emiten yang terkoneksi Salim mapun lingkarannya, baik secara langsung ataupun tidak langsung:
----
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.