Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wamen Tiko Ungkap BUMN Paling Diuntungkan jika Bursa Karbon Indonesia jadi Acuan

Indonesia memiliki 120 juta hektare hutan yang berpotensi mendatangkan pemasukan melalui perdagangan kredit karbon.
Menteri ESDM Arifin Tasrif (kedua kiri), Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo (tengah), dan President Economic Research Institute for ASEAN and East Asia Tetsuya Watanabe memberikan paparan saat acara Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia di Jakarta, Jumat (22/12/2023). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Menteri ESDM Arifin Tasrif (kedua kiri), Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo (tengah), dan President Economic Research Institute for ASEAN and East Asia Tetsuya Watanabe memberikan paparan saat acara Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia di Jakarta, Jumat (22/12/2023). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah mengungkap badan usaha milik negara (BUMN) yang paling diuntungkan jika bursa karbon Indonesia menjadi acuan secara luas hingga tingkat global.

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan, termasuk perusahaan BUMN Perhutani akan meraup lebih banyak pendapatan atau revenue jika bursa karbon dapat menembus skala global.

“Kuncinya bagaimana meng-unlock karbon trading. Kita sudah luncurkan bursa karbon lokal yang harapannya secara sertifikasi bisa masuk ke skala global dengan kualitas internasional,” kata Kartika Wirjoatmodjo dalam Seminar Nasinal Outlook Perekonomian Nasional di Jakarta, Jumat, (22/12/2023).

Wamen BUMN Tiko mengungkap melalui 120 juta hektare hutan yang dimiliki Indonesia, perusahaan berbasis lingkungan bakal meraup nilai transaksi jumbo melalui perdagangan global dengan memanfaatkan nilai kredit karbon.

“Kami sekarang lakukan skema ini supaya perusahaan-perusahaan yang bergerak di perhutanan bahkan BUMN seperti Perhutani bisa melakukan investasi untuk nature based solution, land use, konservasi hutan dan nantinya bisa mendapatkan revenue dari melakukan karbon exchange secara domestik maupun global,” ucapnya.

Lebih lanjut Tiko menyampaikan, selain mengupayakan bursa karbon Indonesia dapat go global, upaya menuju transisi energi baru dan terbarukan jika dilakukan pemerintah dengan memperkuat ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).

Menurutnya, dua tantangan besar dalam penciptaan ekosistem EV adalah penyediaan baterai dan meningkatkan demand. Saat ini, pemerintah bersama PT Aneka Tambang atau Antam dan Vale tengah membangun ekosistem baterai EV.

“Kita sedang proses bersama Vale juga, bagaimana ada 3 ekosistem baterai yang kita bangun. Tentu ini membutuhkan pendanaan dalam skala besar untuk pembangunan upstream-nya, mainstream-nya, pembangunan smelter dan sebagainya,” ujar Tiko.

Sedangkan dari sisi demand, lanjutnya, pemerintah tengah berupaya meningkatkan minat masyarakat untuk membeli motor maupun motor listrik atau melakukan konversi ke EV dengan memberikan sejumlah subsidi.

Tak hanya itu, pemerintah juga tengah mendorong agar perbankan mulai membiayai pembelian kendaraan listrik.

“Ini satu ekosistem yang besar. Transisi energi ini ada ekosistem hutan, ekosistem transportasi. Ini sudah kita rancang berbagai skema tapi tentunya tidak mungkin tanpa dukungan pendanaan internasional terutama dengan skala besar dan tenor yang panjang,” kata Tiko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper