Bisnis.com, JAKARTA — Pertamina berharap anak usahanya, yakni PGEO dapat mempercepat pengembangan PLTP geothermal di Wilayah Kerja Panas Bumi (WPK) yang ada agar dapat menggandakan kapasitas terpasang lebih cepat dibanding target yang dicanangkan pada 2030.
Berita tentang target pengembangan PLTP geothermal PGEO menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id hari ini, Kamis (21/12/2023). Selain berita tersebut, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.
Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id hari ini:
1. Ambisi Pertamina Pacu Proyek Geothermal PGEO
PT Pertamina (Persero) selaku induk dari PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) meminta anak usahanya tersebut untuk dapat mempercepat pengembangan potensi panas bumi di Indonesia dan menggandakan kapasitas terpasang lebih cepat dari target.
Saat ini, PGEO mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dan 1 Wilayah Kerja Penugasan dengan kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW. Dari jumlah tersebut, sebesar 672 MW dioperasikan dan dikelola langsung oleh PGEO, sedangkan 1.205 MW dikelola dengan skema Kontrak Operasi Bersama.
Kemarin, Selasa (19/12/2023), PGEO baru saja melakukan groundbreaking proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2 di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Proyek ini bakal menambah kapasitas terpasang perseroan sebanyak 55 WM.
Dalam sambutannya di acara tersebut, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan bahwa dengan peresmian tersebut, langkah PGEO untuk dapat mencapai target penggandaan kapasitas terpasang pada 2030 semakin dekat.
Bahkan, menurutnya PGEO seharusnya dapat mempercepat pencapaian target tersebut, mengingat besarnya potensi yang ada.
(Ki-Ka) Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. Julfi Hadi, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina Power Indonesia Dannif Danusaputro melaksanakan prosesi penekanan tombol sebagai simbol dimulainya proses pembangunan Proyek Pertamina Geothermal Energy Lumut Balai Unit 2 dalam acara groundbreaking, Selasa (19/12) di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Proyek Lumut Balai Unit 2 ini merupakan langkah konkrit Perseroan untuk menjadi 1 GW company dalam dua tahun mendatang. Sumber: Pertamina.
2. Upaya Menahan Anjloknya Aset NFT
Aset digital non fungible token (NFT) kembali meningkat seiring pergerakan kripto yang juga membaik. Pengembangan komunitas di Indonesia pun digalakan demi menggairahkan investasi di aset ini.
Berdasarkan data dari CryptoSlam, aggregator NFT terkemuka yang mengumpulkan dan menganalisis data dari jutaan NFT mengungkapkan, terdapat lonjakan penjualan volume NFT hingga 198% atau sebesar $918 juta selama periode Oktober hingga November 2023.
Salah satu platform jual beli dan investasi aset kripto, PT Pintu Kemana Saja (PINTU), menghadirkan program Pintu Community NFT dengan total hadiah mencapai Rp50 juta. Hal ini sebagai upaya tetap menggairahkan transaksi NFT di Indonesia.
Community NFT adalah program loyalitas yang ditujukan bagi komunitas PINTU untuk bisa mengoleksi non-fungible token (NFT) dengan menyelesaikan berbagai misi menarik yang ada di channel komunitas PINTU.
3. BI Diprediksi Tahan Suku Bunga 6%, Tahun Depan Bisa Dipangkas
Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) diperkirakan memiliki ruang memangkas suku bunga acuan pada 2024, hal ini seiring tren melonggaran suku bunga acuan The Fed pada tahun mendatang.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan BI baru akan memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuan pada paruh kedua 2024.
Menurut Josua, dengan kebijakan the Fed yang telah mengarah pada stance yang dovish, investor akan mulai kembali masuk ke aset-aset yang berisiko, terutama di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Kembali masuknya investor ke pasar keuangan domestik, dinilai akan berdampak positif pada aset saham dan obligasi, yang kemudian akan mendorong penguatan nilai tukar rupiah.
Dalam jangka yang lebih panjang, Josua memperkirakan bahwa kebijakan the Fed berpotensi mendorong apresiasi rupiah lebih lanjut, terutama ketika data-data AS tercatat semakin mengalami perlambatan.
“Stabilitas nilai tukar rupiah yang lebih tinggi diperkirakan mampu mendorong BI untuk menjaga suku bunga di level saat ini,” katanya.
4. Magnet Pasar Modal Tarik Dana Asing
Pasar saham Indonesia bakal lebih menarik di mata investor pada 2024. Faktor konflik geopolitik, sinyal pelonggaran Federal Reserve (The Fed), dan valuasi IHSG yang masih rendah bakal menjadi magnet yang menguntungkan pasar modal dalam negeri.
Harapan ini datang setelah pasar modal tahun ini melihat aksi jual bersih karena pemulihan pasar saham pada kuartal akhir 2023. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat dana asing di pasar saham masih melakukan aksi jual bersih sebesar Rp9,93 triliun pada periode yang sama.
Kalangan manajer investasi, ekonom, dan analis menilai bahwa kondisi tahun depan bakal membawa sentimen positif terhadap daya tarik investor asing terhadap aset keuangan di Tanah Air.
Sentimen positif yang mendorong daya tarik kedua aset keuangan itu yakni sikap bank sentral global yang lebih lunak sehingga mendorong keyakinan investor asing terhadap aset berisiko. Di sisi lain, kinerja inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia solid sehingga mampu menjadi penarik investor asing.
5. Lika-liku Privatisasi Toshiba, Rentetan Skandal Hingga Delisting
Perjalanan panjang privatisasi Toshiba Corporation akhirnya ditandai dengan hengkangnya perusahaan dari bursa Jepang.
Dihapuskannya saham Toshiba yang sudah bertengger selama 74 tahun di bursa ini menyusul pergolakan dan skandal yang terjadi sejak satu dekade lalu, yang menyebabkan jatuhnya salah satu merek terbesar di Jepang ini dan menimbulkan ketidakpastian.
Toshiba secara resmi melakukan IPO pada Mei 1949 ketika Tokyo Stock Exchange kembali dibuka, bertepatan dengan kebangkitan Jepang dari kekalahan pada Perang Dunia II.
Toshiba termasuk pemain utama di industri elektronik rumah tangga hingga pembangkit listrik tenaga nuklir.
Kini, Japan Industrial Partners (JIP), pemimpin investor Toshiba dalam aksi akuisisi senilai US$14 miliar, harus memutar otak untuk menyelamatkan bisnis Toshiba.
Selain JIP, deretan investor yang mencaplok saham Toshiba di antaranya adalah perusahaan jasa keuangan Orix, perusahaan utilitas Chubu Electric Power, dan produsen chip semikonduktor Rohm.