Bisnis.com, JAKARTA – Sucor Sekuritas memandang aksi agresif PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel bakal mengerek kinerja fundamental 2024.
Analis Sucor Sekuritas Christofer Konjongian mengatakan Mitratel memiliki potensi untuk tumbuh dengan kuat pada 2024 karena beberapa faktor.
Pertama, Manajemen Mitratel secara agresif melakukan ekspansi menara melalui pembangunan organik atau akuisisi. Kedua, neraca kas yang kuat mampu menopang misi manajemen untuk mengakuisisi menara. Ketiga, strategi operator telekomunikasi untuk memperluas jaringan ke luar P. Jawa akan memotori keuangan perseroan.
“Kami memperkirakan laba bersih MTEL pada 2024 akan naik 13% menjadi Rp2,3 triliun,” katanya dalam riset Senin (4/11/2023).
Christofer menambahkan Mitratel memiliki kas sebesar Rp2,4 triliun dan sisa capex mencapai Rp2 triliun sampai dengan September 2023. Adapun Mitratel baru saja melakukan akuisisi fiber optic sepanjang 967,1 km senilai Rp85 miliar.
Adapun sepanjang 2023, MTEL telah menambah jaringan kabel sepanjang 13.368 km, lebih tinggi dari target awal tahun 13.000 km. Hal itu memperkuat bisnis fiber optic milik Mitratel menjadi 30.009 km.
Baca Juga
Christofer meyakini dengan akuisisi tersebut, Mitratel semakin memperkuat pangsa pasar dalam bisnis fiber optic untuk area Jawa menjadi 48%.
“Kami yakin akuisisi ini bakal mendorong pendapatan dari bisnis serat optic menjadi Rp200 miliar pada akhir 2023. Sementara untuk 2024, terdapat potensi penambahan revenue hingga 30% menjadi Rp260 miliar,” tegasnya.
Adapun penambahan pendapatan itu bersumber dari para operator telekomunikasi yang tengah memperkuat bisnis fixed broadband.
Cristofer merekomendasikan beli bagi Mitratel dengan target Rp840. Menurutnya target itu berdasarkan perkiraan EV/Ebitda 2024 sebesar 11,2 kali. “Kami menyukai Mitratel karena superior dalam hal pertumbuhan revenue berkat akuisisi tower dan pembangunan organic,” imbuhnya.
Christofer menjelaskan dengan akuisisi itu maka margin laba bersih akan ikut meningkat dari pertumbuhan rasio tenant, terutama di luar Jawa. Arus kas yang kuat juga bakal menambah kemampuan ekspansi organik.
Mitratel, lanjutnya, diperdagangkan dalam valuasi yang lebih rendah daripada kompetitor yakni 10,4X EV/Ebitda. Sementara untuk TBIG 13,3x EV/Ebitda dan TOWR 9,8x EV/Ebitda.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan bakal berupaya untuk mengerek kinerja fundamental perseroan setiap tahunnya. Salah satunya dengan memetakan sejumlah menara milik perseroan di berbagai wilayah.
Menurutnya ada 3 kategori menara yang dimiliki oleh Mitratel. Salah satunya adalah menara yang berdiri di atas pasar potensial dengan kebutuhan tinggi dan kemampuan belanja penduduk yang mumpuni.
Selain itu, jumlah satu menara dengan menara lain tidak kurang dari 1km untuk memasang BTS.
“Jumlah menara kategori 1 ini tidak kurang dari 6.000 menara sehingga operator bisa menggunakannya. Kalau semua menara ini dapat disewakan, dampaknya akan sangat signifikan ke rasio tenant,” pungkasnya.