Bisnis.com, JAKARTA - Emiten batu bara PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) tercatat telah menyerap belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga US$473 juta atau setara Rp7,32 triliun (kurs Jisdor 30 September 2023 Rp15.487 per dolar AS) hingga 9 bulan 2023.
Manajemen ADRO dalam keterangan resminya mengatakan serapan belanja modal ini naik 71% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$277 juta.
"Pengeluaran belanja modal pada periode ini sebagian besar digunakan untuk pembelian dan penggantian alat berat dan kapal, investasi awal pada smelter aluminium dan fasilitas pendukungnya, dan investasi pada infrastruktur," tulis manajemen, dikutip Senin (6/11/2023).
Pembelian dan penggantian alat berat serta kapal ini membuat aset tetap ADRO per akhir 9 bulan 2023 meningkat sebesar US$1.667 juta setara dengan kenaikan 21% dari posisi akhir 9 bulan 2022. Aset tetap ini meliputi 16% total aset.
Smelter aluminium ADRO akan dioperasikan oleh PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI). KAI telah memilih seluruh kontraktor utama untuk konstruksi dan pemasangan smelter.
KAI telah merampungkan pembukaan lahan untuk mess permanen, pemecah gelombang jeti (coastal jetty breakwater), dan konstruksi fasilitas pendukung, pekerjaan tanah (earthworks), dan melanjutkan konstruksi fasilitas terkait infrastruktur lainnya.
Baca Juga
Adaro juga melaporkan arus kas keluar bersih dari aktivitas pembiayaan pada 9 bulan 2023 naik 35% menjadi US$1.058 miliar, terutama karena adanya kenaikan pembayaran dividen. Sebagaimana diketahui, ADRO membagikan dividen tunai sejumlah $1.000 juta kepada para pemegang saham untuk tahun buku 2022.
Adapun hingga 9 bulan 2023, ADRO dan anak-anak perusahaannya (Grup Adaro) mencetak volume penjualan sebesar 49,12 juta ton, atau setara dengan kenaikan 11% dari 9 bulan 2022. Pencapaian ini sejalan dengan target volume penjualan FY23 yang ditetapkan sebesar 62–64 juta ton.
Begitu pula volume produksi yang naik 12% menjadi 50,73 juta ton pada 9 bulan 2023, sementara volume pengupasan lapisan penutup naik 25% menjadi 217,43 Mbcm pada 9 bulan 2023. Nisbah kupas tercatat 4,29x, atau naik 12% dari 9 bulan 2022 dan selaras dengan target yang ditetapkan 4,2x untuk tahun penuh 2023.