Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Risiko Rupiah hingga Saham BREN ke Jajaran Elit

Berita tentang tekanan rupiah hingga saham BREN masuk jajaran elit Big Caps menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id.
Ilustrasi-Canva
Ilustrasi-Canva

Bisnis.com, JAKARTA—Risiko pelemahan rupiah menjadi sorotan sebagai efek dari guncangan di pasar keuangan akibat konflik Israel-Hamas sejak pekan lalu.

Ketakutan akan gangguan ekonomi global yang diakibatkan peperangan kembali terasa. Efek invasi Rusia ke Ukraina yang telah mengerek harga energi dan pangan telah membuat semua lapisan masyarakat di Benua Biru trauma.

Berita tentang tekanan rupiah hingga harga sejumlah komoditas menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, sejumlah berita ekonomi dan bisnis lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id. Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Selasa (10/10/2023):

1. Ancaman Ambruknya Rupiah Usai Pecahnya Perang di Jalur Gaza

Sayangnya, perang kembali pecah di bagian Timur Tengah, tepatnya di daerah konflik antara Jalur Gaza dan Israel. Kelompok Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel dan warganya pada Sabtu (7/10/2023).

Serangan ini disebut sebagai salah satu eskalasi paling serius dalam konflik Israel-Palestina selama tujuh dekade. Bahkan, sebanyak 1.100 jiwa baik dari pihak Palestina dan Israel dilaporkan telah menjadi korban dalam serangan kali ini.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyampaikan bahwa dampak dari konflik Israel dan Palestina akan memicu investor beralih ke aset yang aman. Kondisi ini akan memicu penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dalam jangka pendek.

Akibatnya, nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan mengalami tekanan dan melanjutkan depresiasi terhadap dollar AS. Hal ini memicu harga barang impor yang semakin mahal, khususnya komoditas pangan.

“Contohnya beras, meskipun ada negara yang siap menjual ke Indonesia, tapi biaya impor beras dipengaruhi oleh dolar AS sehingga beras impor harganya naik,” katanya kepada Bisnis, Senin (9/10/2023).

Selain itu, impor bahan bakar minyak (BBM) akan lebih mahal. Ini mengakibatkan alokasi subsidi energi meningkat atau kenaikan harga tersebut akan diteruskan ke masyarakat.

2. Menarik Minat Investasi melalui Kawasan Ekonomi Khusus

Sejak 2009, pemerintah terus mengakselerasi perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di daerah. Upaya ini dilakukan berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus sebagai kebijakan dengan fasilitas dan kemudahan yang ultimate.

Selain mengakselerasi perkembangan KEK, pemerintah juga terus mendorong pemerataan pembangunan dan menciptakan lapangan pekerjaan di wilayah tersebut. Kebijakan pembangunan KEK pun berorientasi pada nilai tambah teknologi dan sumber daya  manusia (SDM) yang diwujudkan melalui pengembangan KEK Kesehatan, KEK Pendidikan, KEK Ekonomi Digital, dan KEK Maintenance Repair and Overhaul (MRO).

Untuk diketahui, hingga Desember 2022 terdapat 19 KEK di Indonesia. Namun, terdapat tambahan KEK Kura-Kura Bali yang baru ditetapkan pada awal tahun 2023. Dengan demikian, hingga kini Indonesia telah memiliki 20 KEK yang tersebar di berbagai wilayah.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Sesmenko) Susiwijono Moegiarso mengatakan hingga kuartal III tahun ini, nilai investasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang tersebar di seluruh Indonesia mencapai Rp140 triliun. Dari total nilai investasi tersebut, kehadiran KEK berhasil menyerap sebanyak 86.273 tenaga kerja dari 318 pelaku usaha.

Menurutnya, KEK telah meningkatkan peran penting sebagai sumber pertumbuhan baru di daerah.

3. Manuver PLN Berkelit dari Pensiun Dini PLTU Batu Bara

Percepatan rencana penghentian operasi alias pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara menjadi salah satu program transisi energi yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian target nol emisi karbon (net zero emission/NZE).

Hanya saja, untuk memadamkan PLTU batu bara juga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu waktu dan investasi yang tidak sedikit untuk bisa memadamkan pembangkit batu bara yang selama ini telah menjadi bahan bakar utama untuk menghasilkan listrik nasional.

Di sisi lain, komitmen pendanaan dari program transisi energi lewat kemitraan Just Energy Transition Partnership (JETP) yang diharapkan dapat membiayai rencana pensiun dini PLTU batu bara, hingga kini juga masih belum jelas.

Kendati Indonesia disebut-sebut telah siap menjalankan berbagai program percepatan transisi energi, bahkan pemerintah telah menyiapkan sejumlah PLTU yang akan disetop operasionalnya melalui pendanaan tersebut, nyatanya komitmen pendanaan itu tak kunjung cair.

Wajar bila PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) pada akhirnya memilih cara lain untuk tetap dapat berkontribusi dalam upaya mengejar target NZE, tanpa harus memaksakan pensiun dini PLTU batu bara.

Belakangan, perusahaan setrum pelat merah itu memilih mengambil skema pengurangan capacity factor (CF) PLTU batu bara atau coal phase down ketimbang pensiun dini pembangkit (early retirement) untuk mengejar target nol emisi karbon.

4. Masuknya BREN dalam Jajaran Elit Top Big Caps

Tercatatnya saham emiten geothermal PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) di lantai Bursa menambah daftar panjang saham big caps yang dapat dikoleksi oleh investor publik di pasar modal Indonesia.

Saham big caps atau emiten berkapitalisasi pasar besar, khususnya di atas Rp100 triliun, merupakan saham-saham istimewa. Sebab, dengan nilai kapitalisasi pasar yang besar, biasanya jumlah saham beredarnya pun cukup tinggi sehingga cenderung lebih likuid di pasar.

Artinya, saham emiten big caps mudah dibeli dan mudah pula dijual kembali, sebab hampir pasti selalu ada pihak lain yang siap untuk menjadi lawan transaksi atas saham-saham tersebut. Ini merupakan salah satu faktor penting yang menentukan daya tarik emiten, khususnya di mata investor kakap berdana besar.

Hari ini, Senin (9/10/2023), Bursa Efek Indonesia kedatangan satu emiten baru lagi dengan nilai kapitalisasi pasar jumbo, yakni BREN. Emiten milik Prajogo Pangestu tercatat dengan harga perdana Rp780 dengan total saham yang tercatat mencapai 133,78 miliar.

Dengan demikian, BREN listing di Bursa dengan nilai kapitalisasi pasar awal sebesar Rp104,35 triliun. Tidak berhenti di situ, saham BREN pun mengalami apresiasi yang tinggi di transaksi hari perdananya dengan peningkatan sebesar 25 persen atau terkena auto rejection atas (ARA).

Alhasil, saham BREN kini seharga Rp195 dengan nilai market cap Rp130,44 triliun. BREN kini masuk dalam daftar eksklusif saham big caps di atas Rp100 triliun yang jumlahnya kini hanya 14 emiten.

5. Adu Kuat Harga Emas Sampai Batu Bara Kala Perang Hamas-Israel

Sejumlah harga komoditas, mulai dari harga minyak hingga emas terkerek seiring dengan memanasnya kondisi geopolitik Israel-Palestina.

Berdasarkan laporan Laporan Monex Investindo Futures mencatat perang besar yang terjadi di jalur Gaza membuat harga emas (XAUUSD) melompat begitu perdagangan sesi Asia Senin (9/10/2023) dibuka. Harga emas membuka perdagangan di US$1.849,27 per troy ons, naik US$16,85 dibandingkan penutupan perdagangan Jumat pekan lalu. Lantas, harga emas bergerak dalam rentang US$ 1.845,40 - US$1.855,22 per troy ons.

Setelah pada pada pekan sebelumnya, sepanjang pekan emas spot tercatat turun sekitar US$16. Bahkan sempat menyentuh harga level terendah sejak 8 Maret seharga US$1.810,32 per troy ons. Harga tersebut dipengaruhi oleh data penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) di Amerika Serikat (AS) dilaporkan sebanyak 336.000 orang pada September,jauh lebih tinggi ketimbang forecast di Trading Central 150.000 orang.

Selain itu rilis pada Agustus juga direvisi naik menjadi 227.000 orang dibandingkan rilis awal 187.000 orang. Kondisi itu mencerminkan pasar tenaga kerja masih kuat, sehingga semakin banyak pelaku pasar yang melihat The Fed akan kembali menaikan suku bunganya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper