Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah hari ini masih dipengaruhi oleh gejolak pasar keuangan global dan fluktuasi dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan setelah indikator pasar tenaga kerja AS dirilis pekan lalu, dolar AS dan yield obligasi pemerintah AS melonjak, terutama karena data nonfarm payroll (NFP) tercatat lebih tinggi dari perkiraan.
Namun, tren penguatan dolar AS dan yield obligasi pemerintah AS mereda karena investor menilai indikator pasar tenaga kerja tidak cukup kuat untuk mendorong kenaikan suku bunga Federal Reserve pada 2023. Kemungkinan kenaikan suku bunga hanya meningkat menjadi 44 persen dari sebelumnya 33 persen.
NFP tenaga kerjas AS pada September naik menjadi 336 ribu dari sebelumnya 187 ribu, lebih tinggi dari perkiraan, 170 ribu. Di sisi lain, tingkat pengangguran AS tercatat 3,8 persen, lebih tinggi dari perkiraan 3,7 persen, dan penghasilan per jam rata-rata tercatat 0,2 persen secara bulanan (mom), lebih rendah dari perkiraan, 0,3 persen.
“Setelah data pasar tenaga kerja dirilis, indeks dolar AS melonjak menjadi 106,95, namun seiring dengan meredanya sentimen, indeks dolar AS ditutup melemah sebesar 0,27 persen menjadi 106,04 pada akhir pekan lalu,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (9/10/2023).
Senada dengan tren dolar AS, lanjut Josua, yield obligasi pemerintah AS mencapai 4,87 persen setelah data tenaga kerja dirilis. Yield UST masih ditutup meningkat 8 bps ke level 4,80 persen pada akhir pekan lalu.
Baca Juga
Adapun rupiah diperdagangkan sideways pada Jumat (6/10/2023) karena investor menunggu data pasar tenaga kerja AS. Rupiah sempat dibuka menguat didukung oleh pernyataan resmi The Fed mengenai kemungkinan The Fed mempertahankan suku bunga pada tahun ini. Rupiah akhirnya berhasil ditutup menguat tipis sebesar 0,03 persen menjadi Rp15.610 per dolar AS.
“Minggu lalu rupiah terdepresiasi karena data AS yang lebih kuat di awal minggu. Rupiah melemah 0,99 persen secara mingguan. Yield obligasi rupiah turun 2-6 bps karena penurunan yield UST dan apresiasi rupiah,” terang Josua.
Pekan lalu, yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun naik 10 bps menjadi 7,01 persen. Volume perdagangan obligasi pemerintah mencatat rata-rata Rp21,64 triliun pada minggu lalu, sedikit lebih rendah dibandingkan minggu sebelumnya, yaitu rata-rata sebesar Rp21,77 triliun. Kepemilikan asing pada obligasi rupian turun Rp2,01 triliun menjadi Rp820 triliun atau setara 14,87 persen dari total pada 05 Oktotber 23.
Josua memprediksi nilai tukar rupiah hari ini berada di rentang Rp15.575-Rp15.675 per dolar AS.
Simak pergerakan nilai tukar rupiah hari ini secara live.
Rupiah ditutup melemah 0,51 persen atau 79,50 poin ke level Rp15.692 per dolar pada akhir perdagangan hari ini.
Di sisi lain, indeks dolar AS melejit 0,50 persen atau 0,53 poin ke 106,57.
Rupiah terkoreksi 0,49 persen atau 77 poin ke posisi Rp15.689,50 per dolar AS pada 13.50 WIB.
Di sisi lain, indek dolar AS naik 0,34 persen atau 0,36 poin ke level 106,41.
Rupiah makin tertekan dengan melemah 0,42 persen atau 66 poin ke Rp15.678,50 per troy ounce pada 11.50 WIB.
Indeks dolar AS terpantau makin perkasa dengan menguat 0,30 persen atau 0,32 poin ke 106,37.
Rupiah terdepresiasi 0,35 persen atau 54 poin ke Rp15.666,50 per dolar AS pada 10.34 WIB.
Di sisi lain, indeks dolar AS menguat 0,26 persen atau 0,28 poin ke 106,32.
Rupiah dibuka melemah 0,30 persen atau 47,50 poin ke Rp15.660 per dolar AS pada awal perdagangan hari ini.
Indeks dolar AS terpantau menguat 0,19 persen atau 0,20 poin ke 106.24.