Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi AS Mendaki, Saham INKP, TKIM hingga ESSA Diramal Cuan

Kenaikan inflasi Amerika Serikat (AS) pada Agustus 2023 dinilai akan berdampak pada IHSG dan sejumlah emiten di sektor tertentu. Cermati INKP, TKIM hingga ESSA.
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (26/7/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (26/7/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Kenaikan inflasi Amerika Serikat (AS) pada Agustus 2023 menimbulkan dampak yang beragam terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun saham-saham di sektor tertentu. Saham INKP, TKIM hingga ESSA direkomendasikan analis untuk perdagangan jangka menengah.

Sebagaimana diketahui, inflasi AS Agustus 2023 naik dari sebelumnya 0,2 persen menjadi 0,6 persen secara month-to-month (mtm). Sedangkan, secara tahunan (year-on-year/yoy) naik dari sebelumnya 3,2 persen menjadi 3,7 persen.

Kendati inflasi secara keseluruhan mengalami kenaikan, inflasi inti yoy mengalami penurunan dari sebelumnya 4,7 persen menjadi 4,3 persen.

Presiden Direktur Kiwoom Sekuritas Indonesia Changkun Shin mengatakan, suku bunga The Fed masih diproyeksikan akan meningkat melihat kondisi inflasi yang kembali naik dan belum mencapai targetnya, yakni 2 persen. Sedangkan dampak ke IHSG beragam, bisa positif dan negatif.

"Saham di sektor keuangan bisa diuntungkan karena sektor keuangan bisa ikut menaikkan suku bunga yang mereka tawarkan kepada nasabah sehingga margin meningkat," ujar Shin kepada Bisnis, dikutip Jumat, (15/9/2023).

Lebih lanjut dia mengatakan, saham-saham yang berbasis ekspor juga bisa diuntungkan karena akan terjadi pelemahan rupiah jika tidak diantisipasi oleh Bank Indonesia (BI) dengan ikut menaikkan suku bunga.

Sedangkan saham-saham yang terdampak negatif menurutnya yaitu saham di sektor teknologi karena akan meningkatkan biaya utang. Selain itu, saham emiten yang memiliki utang besar juga akan terdampak kenaikan inflasi AS.

"Untuk saham yang menjadi top picks jangka pendek hingga menengah ada INKP, TKIM, MEDC, AKRA dan ESSA," pungkas Shin.

Di lain sisi, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, kenaikan inflasi AS tidak terlalu berdampak signifikan terhadap IHSG, karena masih terkendali. Menurutnya, hal itu memunculkan keyakinan The Fed berpotensi masih akan menahan tingkat suku bunganya di level 5,25-5,50 persen.

Dia mengatakan, terkait tingkat suku bunga, sektor perbankan akan terdampak dengan net interest margin (NIM) yang akan semakin besar, namun jumlah penyaluran kredit kemungkinan akan berkurang.

"Dari sisi yang terdampak positif seperti sektor perbankan dan healthcare mungkin akan cukup defensif. Sedangkan dari sisi yang dirugikan seperti sektor properti, teknologi, dan consumer non-cyclical," katanya.

Adapun, kenaikan tajam pada inflasi datang dari kenaikan harga bensin sebesar 10,6 persen secara musiman, didukung oleh kenaikan minyak global, sehingga memberikan kontribusi sekitar 27 bps terhadap inflasi AS secara umum. Namun apabila dihitung dengan melakukan penyesuaian non musiman, maka harga bensin AS naik hampir 6,7 persen.

Sementra itu Tim Analis MNC Sekuritas menjelaskan pada penutupan perdagangan kemarin, IHSG berada di level 6.959 atau menguat 0,34 persen disertai dengan peningkatan volume pembelian, pergerakan IHSG pun masih mampu berada di atas MA20 dan telah menyentuh area penguatan terdekat. 

“Selama IHSG masih mampu berada di atas 6.900 sebagai support terdekatnya, maka IHSG masih berpeluang menguat ke rentang area 6.974-6.995,” kata Tim Analis dalam riset harian. 

Seperti yang diketahui, IHSG ditutup hijau pada perdagangan kemarin, Kamis (14/9/2023) di posisi 6.959, naik 0,34 persen atau 23 poin. Adapun sepanjang perdagangan IHSG bergerak di level 6.929 hingga 6.968. Sebanyak 241 saham menguat, 282 saham melemah dan 232 saham jalan di tempat. Kapitalisasi pasar IHSG tercatat sebesar Rp10.348,49 triliun. 

Meski diprediksi dapat melanjutkan penguatan, tim Analis mengimbau investor untuk dapat mencermati apabila IHSG break 6.900, maka IHSG terkonfirmasi membentuk wave c dari wave (ii) ke rentang area 6.737-6.846.

IHSG hari ini memiliki support di posisi 6.869, 6.823 dan level resistance di 7.020, 7.053.

_____

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper