Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) berupaya menambah jumlah nasabah kelas atas atau yang dikenal dengan nasabah affluent untuk meningkatkan kinerja.
Direktur Utama BINA, Henry Koenaifi mengungkapkan ke depannya perseroan berencana untuk menghadirkan layanan perbankan yang prima, dan ditujukan untuk para nasabah prioritas.
“Harapannya, para nasabah bisa semakin nyaman dan aman dalam melakukan aktivitas transaksi perbankannya dengan menggunakan layanan dari Bank Ina dan bisa memberikan dampak positif terhadap peningkatan jumlah nasabah affluent baru di akhir tahun nanti”, ungkapnya dalam siaran pers terbaru BINA, Rabu (13/9/2023).
Henry menambahkan, BINA juga akan terus berinovasi dalam menghadirkan produk dan layanan yang berbasis digital sesuai dengan kebutuhan para nasabah. Saat ini, perseroan telah memiliki layanan INA Mobile yang memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi.
“Di era digital ini, kami menghadirkan INA Mobile sebagai layanan yang dapat memberikan kemudahan bertransaksi. Melalui layanan tersebut, seluruh nasabah bisa mendapatkan gratis biaya transaksi 20 kali untuk jenis transaksi tarik tunai di ATM Bank lain, kemudian melakukan pembelian dan pembayaran lewat Internet Banking & Mobile Banking.” tambahnya.
Saat ini, berdasarkan laporan keuangan perseroan hingga semester I 2023, laba bersih BINA meningkat hingga 117,97 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp 115,31 miliar.
Baca Juga
Peningkatan laba tersebut didorong oleh capaian pendapatan bunga bersih atau net interest income sebesar Rp 376,81 miliar atau naik 60,64 persen. Sementara itu, rasio atau net interest margin naik 31 basis poin ke level 3,27 persen.
Dari sisi intermediasi, perseroan telah menyalurkan kredit Rp 12,26 triliun atau naik 25,80 persen. Aset BINA pun ikut mengalami peningkatan sebesar 8,49% persen menjadi Rp 22,29 triliun.
Dari sisi pendanaan, perusahaan mencatatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 18,2 triliun atau naik 18,11 persen secara year to date (ytd). Adapun, Current Account Saving Account (CASA) sebesar Rp 4,87 triliun dengan porsi sebesar 26,74 persen terhadap DPK. (Daffa Naufal Ramadhan).