Bisnis.com, JAKARTA - Emiten dengan komisaris Cinta Laura, PT Maharaksa Biru Energi Tbk. (OASA) menangkap peluang bisnis, seiring dengan rencana PT PLN (Persero) yang akan meningkatkan porsi pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT).
Diberitakan sebelumnya, PLN tengah membahas revisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 bersama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Dalam rancangan revisi RUPTL tersebut, PLN merencanakan porsi penambahan pembangkit listrik EBT sebesar 60 GW atau mencapai 75 persen dari total rencana penambahan pembangkit hingga 2040.
Direktur Utama OASA Bobby Gafur Umar mengatakan, hal tersebut akan menjadi peluang yang bagus untuk perseroan, lantaran bisnis OASA berfokus pada pembangkit listrik berbasis EBT yakni biomassa.
"Jadi dengan PLN yang akan menambah porsi pembangkit listrik berbasis EBT, bagi OASA merupakan peluang menjanjikan, sehingga kami akan semakin fokus ke energi biomassa," ujar Bobby saat dihubungi Bisnis, Rabu, (13/9/2023).
Sebelumnya, pada Juli lalu, OASA memulai pembangunan pabrik wood chips sejalan dengan peningkatan kebutuhan biomassa untuk kebutuhan program co-firing PLTU batu bara. Untuk itu, OASA sedang mengembangkan fasilitas produksi wood chip dan wood pellet.
Baca Juga
Bobby mengatakan anak usaha OASA, PT Mentari Biru Energi bekerja sama dengan Koperasi Energi Terbarukan (Kopetindo) akan mengembangkan kapasitas pabrik wood chips di Kabupaten Bangka dan Sumbawa Barat, NTB, serta pabrik wood pellet di daerah yang sama.
"Kami awalnya hanya menyuplai 5 persen untuk co firing, kemarin kami naikkan kapasitas jadi 15 persen, rencananya bulan Desember 2023 ditargetkan beroperasi yang tambahan 3.000 ton per bulan. Tadinya kan cuma 1.500 ton per bulan, jadi totalnya akan jadi 4.500 ton per bulan di Pulau Bangka,” jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, OASA memiliki cadangan wood chip seluas 20.000 hektare yang kapasitasnya cukup untuk lebih dari 10 tahun. Sedangkan untuk pembangunan wood pellet sedang dalam tahap sertifikasi.
"Kami baru rencanakan 2024 bangun wood pellet, karena untuk wood pellet ini kan untuk ekspor, dan itu perlu disertifikasi dari kayu, lahan, dan lain-lain sedang proses sertifikasi, karena pasar ekspor kami seperti Jepang, China, dan Korea mensyaratkan itu," katanya.
Adapun, produk wood chips dan wood pellet di Bangka Belitung dan NTB selain diekspor juga akan digunakan untuk kebutuhan dalam negeri. Kedua pabrik itu diprioritaskan untuk keperluan PLN, dalam hal ini untuk co-firing PLTU Air Anyir di Bangka Belitung dan juga PLTU Sumbawa.
Ditinjau kinerja keuangannya, OASA berhasil membalikkan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp421,87 juta pada semester I/2023 dibanding periode sama 2022 yang menderita rugi Rp217,03 juta.
Laba bersih itu didorong pendapatan OASA yang melejit 2.469 persen secara year-on-year (yoy) menjadi Rp20,77 miliar dibanding semester I/2022 sebesar Rp808,5 juta.