Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Terbenam, Investor Dilanda Kecemasan Suku Bunga Naik

Wall Street melemah tajam pada akhir perdagangan Rabu pagi WIB, setelah data penjualan ritel yang lebih kuat.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Wall Street melemah tajam pada akhir perdagangan Rabu pagi WIB, setelah data penjualan ritel yang lebih kuat dari perkiraan memicu kekhawatiran suku bunga bisa bertahan lebih tinggi lebih lama.

Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 1,02 persen menetap di 34.946,39 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 1,16 persen berakhir di 4.437,86 poin. Indeks Komposit Nasdaq merosot 1,14 persen, ditutup di 13.631,05 poin.

Semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan saham energi memimpin kerugian karena melemahnya harga minyak mentah. S&P 500 ditutup di bawah rata-rata pergerakan 50 hari untuk pertama kalinya sejak Maret.

Indeks perbankan S&P 500 mencapai level terendah satu bulan, turun 2,75 persen, sedangkan indeks perbankan regional KBW juga anjlok 3,4 persen.

Laporan Departemen Perdagangan menunjukkan penjualan ritel tumbuh 0,7 persen bulan lalu terhadap ekspektasi kenaikan 0,4 persen, menunjukkan ekonomi AS tetap kuat.

Setelah data tersebut, taruhan para pedagang tentang jeda kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve bulan depan tetap utuh di 89 persen, namun para analis mengatakan para investor khawatir suku bunga dapat bertahan pada level saat ini lebih lama dari yang diantisipasi.

Bank-bank melihat beban penjualan karena investor semakin cemas tentang suku bunga. Kurva imbal hasil obligasi pemerintah AS telah terbalik selama lebih dari setahun, dengan obligasi jangka panjang menghasilkan kurang dari instrumen utang jangka pendek. Situasi yang terus-menerus ini menekan keuntungan yang dapat diperoleh bank-bank dari pinjaman.

"Kita mungkin akan berakhir dengan kurva imbal hasil terbalik lebih lama dari yang diantisipasi, bahkan jika kita tidak berakhir dengan resesi ekonomi," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research.

"Itu pada akhirnya akan membatasi pinjaman karena bahkan jika Anda adalah saudara ipar saya, saya tidak ingin meminjamkan kepada Anda dengan kerugian."

Sebuah laporan mengatakan lembaga pemeringkat Fitch dapat menurunkan peringkat beberapa bank. Saham JPMorgan Chase turun 2,5 persen, Bank of America turun 3,2 persen dan Wells Fargo turun 2,3 persen.

"Cerita dari Fitch tentang potensi penurunan peringkat ke beberapa bank AS membebani sentimen," kata Michael James, direktur pelaksana perdagangan ekuitas di Wedbush Securities.

"Anda menggabungkannya dengan angka penjualan ritel pagi ini yang sedikit lebih panas dari perkiraan, (itu) semakin meningkatkan potensi yang lebih tinggi untuk skenario suku bunga yang lebih lama dari The Fed."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Pandu Gumilar
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper