Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Dibuka Melemah Jelang Rilis Data Inflasi, Saham BBCA BBRI dan BMRI Paling Laris

IHSG hari ini, Selasa (1/8/2023) dibuka melemah 0,07 persen ke 6.926 jelang rilis data Inflasi. Saham BBCA BBRI dan BMRI terpantau paling laris pagi ini.
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (26/7/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (26/7/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (1/8/2023) di tengah proyeksi inflasi Juli yang lebih rendah dibandingkan Juni lalu yang sebesar 3,52 persen year-on-year. Saham emiten perbankan, BBCA, BBRI dan BMRI terpantau paling laris pagi ini. 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, IHSG dibuka melemah ke posisi 6.926,42 atau turun 0,07 persen. Meski demikian, IHSG dapat kembali menguat beberapa detik setelah pembukaan ke posisi 6.932,37 atau naik 0,01 persen. 

Sebanyak 140 saham naik, 96 saham turun dan 202 saham stagnan. IHSG juga bergerak di rentang 6.925,17 hingga 6.932,39 pada pembukaan perdagangan hari ini. 

Saham Bank masih mendominasi jajaran saham paling laris pada pembukaan perdagangan hari ini. Pada urutan pertama yaitu PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menjadi yang paling banyak diperdagangkan dengan harga Rp9.175 per saham atau naik 0,55 persen. 

Selanjutnya saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) yang naik 0,44 persen ke posisi Rp5.675 per saham disusul saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) yang berada di level Rp5.650 per saham atau turun 1,31 persen. 

Adapun saham anyar PT Royaltama Mulia Kontraktorindo Tbk. (RMKO) juga masuk jajaran saham paling laris dan parkir di harga Rp650 per saham atau melambung 16,07 persen. 

Sebelumnya, Tim Analis Phintraco Sekuritas menjelaskan IHSG diperkirakan kembali coba uji resistance 6.950. Jika membentuk resistance breakout, IHSG berpotensi uji 7.000. Sebaliknya, waspadai pullback ke kisaran 6.880-6.900, jika penguatan tertahan di 6.950.

Sentimen positif eksternal berasal dari kenaikan China NBS Manufacturing PMI ke 49,3 di Juli 2023 dari 49 di Mei 2023. Pemulihan aktivitas manufaktur di Tiongkok diperkirakan terus berlanjut menyusul keputusan bank sentral Tiongkok untuk menurunkan suku bunga pinjaman di Juli 2023.

Dari dalam negeri, pelaku pasar mengantisipasi data indeks manufaktur yang diperkirakan bertahan di atas 50 di Juli 2023 dan proyeksi penurunan inflasi ke 3,1 persen yoy di Juli 2023 dari 3,52 persen di Juni 2023. Inflasi yang rendah menjadi modal berharga dalam menghadapi potensi kenaikan inflasi di puncak El Nino yang diperkirakan terjadi di Agustus 2023.

Di sisi lain, laju inflasi tahunan Indonesia pada Juli 2023 diperkirakan kembali melanjutkan penurunan dari bulan sebelumnya. Sejumlah faktor dinilai menjadi penyebab utama melandainya laju inflasi nasional. 

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan inflasi di dalam negeri pada Juni 2023, kembali melandai ke level 3,52 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Tingkat inflasi tersebut merupakan yang terendah dalam 14 bulan terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper