Bisnis.com, JAKARTA — Laba bersih emiten unggas PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) masih terkontraksi hingga akhir semester I/2023. Namun kinerja bottom line pada kuartal II/2023 tumbuh signifikan daripada kuartal sebelumnya.
Sampai akhir Juni 2023, CPIN mengantongi laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp1,37 triliun atau turun 42,95 persen dibandingkan dengan semester I/2022 yang mencapai Rp2,41 triliun.
Meski demikian, sebagian besar laba bersih tersebut berasal dari kuartal kedua. Selama periode April—Juni 2023, keuntungan yang diakumulasi CPIN menembus Rp1,13 triliun atau 372,17 persen qoq (quarter on quarter)lebih tinggi daripada kuartal I/2023 yang saat itu hanya sebesar Rp240,99 miliar.
Lesatan laba bersih secara kuartalan ini tak lepas dari kinerja penjualan CPIN di kuartal II/2023 yang mencapai Rp16,32 triliun atau naik 12,11 persen qoq daripada kuartal I/2023 di angka Rp14,55 triliun. Secara kumulatif Januari—Juni 2023, penjualan bersih menembus Rp30,89 triliun atau naik 7,87 persen dibandingkan dengan semester I/2022 sebesar Rp28,63 triliun.
Mayoritas penjualan Charoen Pokphand berasal dari segmen ayam pedaging yang naik 2,03 persen year on year (YoY) menjadi Rp16,63 triliun. Segmen pakan tercatat naik paling tinggi yakni sebesar 23,26 persen YoY dari Rp6,67 triliun pada paruh pertama 2022 menjadi Rp8,22 triliun pada semester I/2023.
Selanjutnya segmen ayam olahan naik 8,83 persen YoY menjadi Rp4,48 triliun dan segmen anak ayam usia sehari (day old chick/DOC) turun 10,69 persen menjadi Rp722,06 miliar.
Baca Juga
Sejalan dengan penjualan yang naik, beban pokok penjualan CPIN juga masih meningkat sebesar 12,70 persen YoY menjadi Rp26,76 triliun pada semester I/2023 daripada Rp23,74 triliun di semester I/2022.
Hal itu menyebabkan laba bruto turun 15,58 persen YoY menjadi Rp4,12 triliun dari sebelumnya Rp4,89 triliun.
Jumlah aset Charoen Pokphand tercatat meningkat menjadi Rp42,90 triliun per Juni 2023, dari Rp39,84 triliun pada 31 Desember 2022. Kenaikan terutama disebabkan oleh peningkatan persediaan sebesar dari Rp8,99 triliun menjadi Rp11,44 triliun.
Sementara itu, liabilitas Charoen Pokphand juga meningkat menjadi Rp15,19 triliun pada akhir semester I/2023 dari Rp13,52 triliun pada akhir 2023. Kenaikan disebabkan oleh bertambahnya utang bank jangka pendek dari Rp6,64 triliun pada akhir 2022 menjadi Rp7,74 triliun per Juni 2023. Kenaikan juga disumbang oleh bertambahnya utang usaha pihak ketiga menjadi Rp2,13 triliun.