Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia mengawali pekan ini dengan melemah karena lapangan utama di Libya melanjutkan produksi setelah pengunjuk rasa yang menutup operasional fasilitas minyak di negara tersebut, mengakhiri demonstrasi mereka.
Berdasarkan data Bloomberg, Senin (17/7/2023), harga minyak WTI turun 0,81 persen ke posisi US$74,81 per barel hingga 06.11 WIB. Sementara itu, minyak Brent juga melemah 0,84 persen ke level US$79,20 per barel.
Brent lanjut melemah setelah turun 1,8 persen pada Jumat (4/7/2023). Menurut sumber Bloomberg, salah satu ladang minyak terbesar Libya, Sharara, melanjutkan produksi setelah para demonstran meninggalkan lokasi. Sebelum gangguan pada minggu lalu, produksi sekitar 250.000 hingga 260.000 barel per hari.
Minyak mentah telah menguat selama tiga minggu terakhir tetapi masih sedikit lebih rendah tahun ini karena pemulihan ekonomi importir utama China yang lesu dan kampanye pengetatan moneter Federal Reserve membebani permintaan.
Pejabat The Fed diperkirakan akan menaikkan biaya pinjaman lagi bulan ini, dan mengisyaratkan mereka masih terbuka untuk kenaikan lebih lanjut.
Ada beberapa tanda pasar akhirnya memperketat pada semester II ini, dengan OPEC+ berserta Arab Saudi dan Rusia sama-sama mengurangi ekspor minyak mentah.
Baca Juga
Pembatasan itu, bersama dengan pemadaman di Libya dan gangguan pasokan yang sedang berlangsung di Nigeria, sempat mendorong Brent untuk secara singkat melampaui US$80 per barel minggu lalu.
Kenaikan minyak baru-baru ini juga berarti bahwa harga minyak mentah Ural yang diekspor dari Rusia telah melampaui batas harga US$60 yang ditetapkan oleh Kelompok Tujuh untuk mengekang pendapatan minyak Moskow.
Posisi itu kemungkinan akan menambah kesengsaraan bagi perbankan dan pengiriman bagi pembeli minyak termasuk India dan China.