Bisnis.com, JAKARTA — PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk., pengelola jaringan bioskop Cinema XXI, akan melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) dan tercatat di Bursa Efek Indonesia. Cinema XX akan menyusul CGV atay PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) yang telah lebih dulu melantai.
Cinema XXI di bawah PT Nusantara Sejahtera Raya, merupakan perusahaan bioskop terbesar di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1987. Dengan pengalaman lebih dari 35 tahun di industri hiburan, Cinema XXI berkomitmen untuk senantiasa memberikan pengalaman dan kenyamanan menonton terbaik untuk masyarakat Indonesia.
Sampai dengan Maret 2023, Cinema XXI telah menghadirkan 1.235 layar di 230 lokasi bioskop yang tersebar di 71 kota di seluruh Indonesia, dan akan terus berkembang untuk mencapai target 2.000 layar dalam 5 tahun ke depan.
Sementara itu, pesaingnya CGV mencatat telah membuka tiga bioskop baru di tahun 2022. Bioskop tersebut berlokasi di Serpong di Tangerang Selatan, Malang di Jawa Timur, dan Jakarta.
Saat ini, CGV memiliki 71 bioskop dengan total 408 layar. Dalam Annual report-nya, CGV menuturkan masih berfokus pada pembukaan bioskop baru di Pulau Jawa yang memiliki pertumbuhan ekonomi terkuat dibandingkan wilayah lainnya di Indonesia.
Sementara itu, Cinepolis berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, saat ini memiliki sekitar 60 bioskop yang tersebar di berbagai lokasi, dengan total sekitar 289 layar. Umumnya, lokasi-lokasi dari bioskop Cinepolis berada pada mal-mal milik Lippo Group.
Baca Juga
Selain tiga pemain besar tersebut, Grup Agung Sedayu melalui Agung Sedayu Ritel Indonesia juga mengoperasikan bioskop FLIX. Saat ini, perusahaan terafiliasi Aguan ini mengoperasikan bioskop di 4 lokasi di Jakarta, dengan total 25 layar.
Tak ketinggalan juga, emiten pendatang baru PT Tripar Multivision Plus Tbk. (RAAM) yang mengoperasikan Platinum Cineplex di 11 lokasi, dengan total sekitar 36 layar. RAAM mengoperasikan bioskopnya di kota yang merupakan kota tier 2 dan tier 3 di Indonesia.
Pada 2022, pendapatan Cinema XXI mencapai Rp4,40 triliun, naik dari Rp1,28 triliun pada 2021, Rp1,21 triliun pada 2020, tetapi masih di bawah 2019 senilai Rp6,89 triliun.
Dari sisi laba, Cinema XXI mencatatkan Rp504,53 miliar pada 2022, berbalik dari rugi Rp365,80 miliar pada 2021, dan rugi Rp578,87 miliar pada 2020. Pada 2019, laba perseroan mencapai Rp1,27 triliun.
Cinema XXI dalam prospektusnya di Harian Bisnis Indonesia, Jumat (7/7/2023) melaporkan rencana IPO dengan melepas sebanyak-banyaknya 8.335.000.000 (8,33 miliar) saham dengan nilai nominal Rp8. Jumlah saham itu setara 10 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO.
Cinema XXI menetapkan rentang harga penawaran awal Rp270-Rp288 per saham. Oleh karena itu, dalam IPO Cinema XXI berpotensi meraih dana Rp2,25 triliun-Rp2,40 triliun setelah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Cinema XXI dalam melakukan IPO juga akan melaksanakan program saham untuk karyawan (ESA) sejumlah 0,13 persen saham atau setara 11.112.000 (11,11 juta) saham.
Di samping IPO, Cinema XXI juga akan melaksanakan private placement 10 persen saham kepada beberapa investor strategis. Pelepasan saham dilakukan oleh PT Harkatjaya Bumipersada (HJB) sebanyak 8 persen, dan PT Adi Pratama Nusantara (APN) sejumlah 2 persen.
Penjamin pelaksana emisi efek ialah PT Indo Premier Sekuritas, PT J.P. Morgan Sekuritas Indonesia, PT Mandiri Sekuritas, dan PT UBS Sekuritas Indonesia. Penjamin emisi efek akan ditentukan kemudian.
Jadwal IPO Cinema XXI:
- Masa penawaran awal : 10-14 Juli 2023
- Perkiraan tanggal efektif : 25 Juli 2023
- Perkiraan masa penawaran umum saham perdana : 27 Juli-31 Juli 2023
- Perkiraan tanggal penjatahan : 31 Juli 2023
- Perkiraan tanggal distribusi saham secara elektronik : 1 Agustus 2023
- Perkiraan tanggal pencatatan di BEI : 2 Agustus 2023
Susunan pemegang saham Cinema XXI sebelum aksi IPO ialah HJB 71,99 persen, APN 18 persen, dan Salween Investment Private Limited (SIP) 0,01 persen. Setelah IPO, ESA, dan private placement, susunan pemegang saham menjadi HJB 63,99 persen, APN 16 persen, SIP 0,01 persen, ESA 0,01 persen, dan masyarakat 19,99 persen.
Namun demikian, ada call option agreement antara HJB dan APN dengan SIP untuk mengambil saham Cinema XXI. Jika opsi ini terjadi maka susunan pemegang saham Cinema XXI nantinya menjadi HJB 45,99 persen, APN 11,5 persen, SIP 22,51 persen, ESA 0,01 persen, dan masyarakat 19,99 persen.
Cinema XXI juga menyampaikan rencana penggunaan dana IPO. Sekitar 65 persen akan digunakan untuk ekspansi jaringan bioskop Cinema XXI, melalui pengembangan bioskop dan/atau teater baru untuk menambah jumlah layar. Cinema XXI juga akan membeli proyeksi gambar dan suara dengan teknologi baru yang diperlukan untuk pembangunan tersebut.
Selanjutnya, sekitar 20 persen dana IPO untuk pembayaran lebih awal utang ke Bank BRI (BBRI) senilai Rp1,39 triliun. Setelah pembayaran, saldo kewajiban perseroan menjadi Rp917,10 miliar.
Sisanya 15 persen dana IPO untuk modal kerja, termasuk pembelian barang dan jasa dalam rangka mendukung kegiatan usaha Cinema XXI.