Bisnis.com, JAKARTA — Emiten properti PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) memasang target recurring income atau pendapatan berulang dapat meningkat 10 persen pada 2023. CTRA menekankan recurring income harus dapat berkontribusi terhadap keberlanjutan usaha.
Head of Investor Relation CTRA Aditya Ciputra Sastrawinata menyebut pendapatan berulang ditargetkan tumbuh 10 persen pada 2023. Jika berkaca pada pendapatan berulang Rp1,93 triliun pada 2022, maka recurring income ditargetkan naik Rp193,91 miliar menjadi Rp2,13 triliun pada 2023.
Adapun per kuartal I/2023, CTRA memperoleh pendapatan berulang sebanyak Rp485 miliar. Nilai tersebut sekitar 23 persen dari total pendapatan sebesar Rp2,13 triliun pada tiga bulan pertama 2023.
“Penekanan kami pada aset recurring income akan terus memberikan kontribusi terhadap keberlanjutan bisnis kami,” ujar Aditya kepada Bisnis, Selasa (23/5/2023).
CTRA juga berencana untuk memperluas investasi dalam aset healthcare, shopping mall, dan perhotelan di masa depan. Adapun manajemen CTRA menilai segmen recurring income memiliki potensi pertumbuhan yang menjanjikan.
Dalam hal lokasi, CTRA memprioritaskan perkembangan recurring income pada proyek-proyek township yang dinilai memiliki pasar matang. Diantaranya adalah CitraLand Surabaya dan CitraLand Losari City Makassar.
Baca Juga
Selain mendorong recurring income, investasi dalam aset berulang pada lokasi tersebut dinilai dapat memberikan tambahan nilai untuk proyek township CTRA yang ada di sekitarnya.
“Rencana ekspansi ini mencerminkan komitmen kami untuk pertumbuhan yang berkelanjutan dan menciptakan nilai yang lebih besar bagi pemegang saham kami,” katanya.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2023, CTRA mencatatkan pendapatan sebesar Rp2,13 triliun. Pendapatan ini turun 4,62 persen dari Rp2,23 triliun secara YoY.
Secara rinci, CTRA membukukan penjualan neto sebesar Rp1,64 triliun, dan pendapatan usaha atau recurring income sebesar Rp485,15 miliar.
Penjualan neto terdiri dari penjualan kaveling, rumah hunian dan ruko sebesar Rp1,46 triliun, apartemen sebesar Rp151,59 miliar, dan kantor sebesar Rp34,03 miliar.
Kemudian pendapatan usaha terdiri dari, pusat niaga dan kawasan komersial sebesar Rp161,45 miliar, pelayanan kesehatan Rp124,46 miliar, hotel Rp121,7 miliar, sewa kantor Rp53,64 miliar, lapangan golf Rp11,62 miliar, dan lain-lain Rp12,25 miliar.
Beban pokok pendapatan CTRA tercatat mencapai Rp1,09 triliun per kuartal I/2023. Beban tersebut turun 3,94 persen dari Rp1,14 triliun secara YoY.
Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk CTRA mencapai Rp412,86 miliar. Laba tersebut turun 1,87 persen dari Rp420,74 miliar secara YoY.
Direktur CTRA Harun Hajadi sebelumnya mengatakan laba dan pendapatan yang dibukukan dalam laporan keuangan belum tentu menentukan kinerja suatu perusahaan. Hal ini lantaran pendapatan properti berasal dari penjualan yang bisa dibukukan.
“Syarat untuk dibukukan adalah sudah terbayar 100 persen, bangunan terbangun dan sudah serah terima ke konsumen maka itu pendapatan. Laba belum tentu mencerminkan kinerja dari perusahaan,” ujar Harun kepada Bisnis, Sabtu (6/5/2023).
Dia pun menyebut yang perlu diperhatikan dalam kinerja emiten properti adalah angka prapenjualan atau marketing sales. Angka marketing sales berarti mencerminkan berapa penjualan yang dilakukan oleh emiten properti.
“Angka yang perlu diperhatikan adalah marketing sales yang menurun, stabil atau meningkat,” tuturnya.
CTRA mencatatkan marketing sales sebesar Rp3,4 triliun 39 persen dari target pada tiga bulan pertama 2023. Capaian tersebut melonjak 74 persen secara YoY.