Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah turun pada akhir perdagangan Jumat (19/5/2023) waktu setempat. Namun harga minyak membukukan kenaikan mingguan pertama sejak April 2023 di tengah jeda negosiasi pagu utang AS.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni melemah 0,43 persen, menjadi berakhir di US$71,55 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, harga minyak Brent untuk pengiriman Juli turun 0,37 persen, menjadi ditutup pada US$75,58 per barel di London ICE Futures Exchange.
Kendati demikian, harga minyak mentah Brent dan WTI mencatat kenaikan mingguan pertama mereka dalam sebulan, dengan kedua harga acuan tersebut menguat sekitar 2 persen.
Mengutip Bloomberg, Sabtu (20/5/2023), minyak mentah sebagian besar meninggalkan perdagangan fundamental minggu ini, dengan para pedagang membedah berita dari Washington tentang upaya untuk mencegah gagal bayart utang.
Ketua DPR Kevin McCarthy mengirim pesan yang beragam dengan mengatakan kesepakatan pada prinsipnya dapat dicapai paling cepat akhir pekan ini, tetapi menambahkan pada hari Jumat bahwa pembicaraan bipartisan di Washington sedang dalam jeda.
Baca Juga
Tanda-tanda pengetatan pasokan juga membantu menopang harga. Penyulingan Asia mengambil kargo minyak AS lagi, dan pengamat industri terus memprediksi pasar minyak mentah global akan mengalami defisit musim panas ini.
“Harga mungkin naik pada paruh kedua tahun ini karena kekurangan pasokan minyak mentah,” kata Francisco Blanch, kepala penelitian komoditas di Bank of America Corp.
Adapun harga minyak mentah masih turun sekitar 11 persen sepanjang tahun berjalan ini (year-to-date) karena pemulihan ekonomi China yang lesu dan pengetatan moneter oleh Federal Reserve membebani prospek minya.
Pejabat The Fed menyuntikkan beberapa ketidakpastian ke pasar minggu ini, terdengar semakin terpecah tentang apakah akan menaikkan suku bunga atau mempertahankannya pada pertemuan bulan depan.
Kebakaran hutan terus berkobar di Alberta, provinsi penghasil energi utama Kanada, mengganggu produksi dan menambah keketatan pada pasar. Rystad Energy memperkirakan bahwa produksi sekitar 240.000 barel per hari telah ditutup karena kobaran api.