Bisnis.com, JAKARTA - Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) proyek PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) menjadi sorotan setelah adanya aksi pembentangan spanduk dan penyampaian aspirasi oleh dua aktivis yang juga pemegang saham ADRO dalam RUPS, Kamis (15/5/2023). Hingga saat ini, ADRO memang tercatat memiliki dan mengoperasikan beberapa PLTU di Pulau Kalimantan dan Jawa
Terbaru, ADRO menyampaikan akan membangun PLTU batu bara di Kalimantan Utara untuk memenuhi kebutuhan listrik 1,1 gigawatt di smelter aluminium milik ADRO. Proyek tersebut akan menjadi PLTU captive, yakni pembangkit listrik yang didedikasikan untuk menyediakan listrik bagi suatu fasilitas industri.
Adaro atau ADRO tercatat mengoperasikan PLTU melalui anak usaha Adaro Power. Dalam annual report-nya, Adaro Power menyampaikan telah merampungkan beberapa proyek PLTU yang dikelola perusahaan-perusahaan anaknya yakni PT Makmur Sejahtera Wisesa (MSW), PT Tanjung Power Indonesia (TPI), dan PT Bhimasena Power Indonesia (BPI).
ADRO menyebut MSW menjadi hilirisasi pertama ke sektor ketenagalistrikan pada 2013. MSW membangun, memiliki, dan mengoperasikan proyek pembangkit listrik pertama ADRO berkapasitas 2x30 MW di Tabalong, Kalimantan Selatan, yang memasok listrik untuk operasi ADRO.
MSW melanjutkan kegiatan mengoperasikan dan memelihara kelistrikan untuk perusahaan anak ADRO, yakni PT Indonesia Bulk Terminal (IBT), yang pada tahun 2022 mencatat suplai listrik sebesar 6.797 MWh untuk operasional IBT.
Anak usaha selanjutnya adalah TPI yang merupakan perusahaan konsorsium antara Adaro Power dengan kepemilikan 65 persen, dan PT EWP Indonesia dengan kepemilikan 35 persen. TPI membangun dan mengoperasikan PLTU 2x100 MW di kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, untuk dijual ke PLN di bawah Perjanjian Jual Beli Listrik selama 25 tahun sejak tanggal operasi komersial (COD).
Baca Juga
Pada tahun 2022 atau tahun ketiga operasinya, TPI mencapai faktor ketersediaan aktual rata-rata 89,71 persen dari target 82,5 persen, dan menghasilkan 1.214.214 MWH listrik untuk PLN Kalimantan.
Selain MSW dan TPI, Adaro Power bersama dengan Electric Power Development Co.Ltd. (J-Power) dan Itochu Corporation mendirikan PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) pada 2011 untuk membangun PLTU 2x1.000 MW di Batang, Jawa Tengah (PLTU Batang). PLTU ini merupakan PLTU pertama dan terbesar di Asia Tenggara dengan teknologi boiler ultra-supercritical (USC).
BPI mencapai financial close pada Juni 2016 dengan total biaya proyek sekitar US$4,2 miliar, dan mendapatkan komitmen pendanaan proyek sekitar US$3,4 miliar dari Japan Bank for International Cooperation dan beberapa lembaga keuangan komersial.
BPI memiliki Perjanjian Jual Beli Listrik dengan PLN untuk periode 25 tahun, proyek kemitraan pemerintah-swasta pertama yang terealisasi di bawah jaminan Indonesia Infrastructure Guarantee Fund (IIGF) dan bagian Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia.
Pada 15 Agustus 2022, BPI mencapai COD untuk Unit 1, disusul dengan COD Unit 2 pada 31 Agustus 2022. Sejak COD kedua unit tersebut sampai akhir 2022, PLTU Batang mencapai faktor ketersediaan aktual rata-rata 86,45 persen dan menghasilkan 4.312 GWH listrik.