Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Dolar AS Menukik setelah Data Inflasi AS Rilis

Indeks Dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,69 persen ke 101,4997 setelah inflasi AS menujukan tanda pendinginan.
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (3/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (3/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA —  Dolar AS turun terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (13/4/2023), karena data inflasi AS terbaru menunjukkan tanda pendinginan ekonomi meningkatkan ekspektasi bahwa Fed kemungkinan akan menghentikan kenaikan suku bunga setelah kemungkinan kenaikan pada Mei.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,69 persen menjadi 101,4997.

Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,0995 dolar AS dari 1,0908 dolar pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris meningkat menjadi 1,2488 dolar AS dari 1,2418 dolar pada sesi sebelumnya.

Dolar AS dibeli 133,1600 yen Jepang, lebih rendah dari 133,7700 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,8957 franc Swiss dari 0,9033 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3429 dolar Kanada dari 1,3467 dolar Kanada. Dolar AS turun menjadi 10,3300 krona Swedia dari 10,4551 krona Swedia.

Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan Rabu (12/4) bahwa indeks harga konsumen (IHK), ukuran utama inflasi, naik 0,1 persen bulan lalu, di bawah ekspektasi para ekonom untuk kenaikan 0,2 persen, dan turun dari kenaikan 0,4 persen pada Februari.

Dalam 12 bulan hingga Maret, IHK meningkat 5,0 persen, kenaikan tahun-ke-tahun terkecil sejak Mei 2021. IHK naik 6,0 persen secara tahun-ke-tahun pada Februari. Tidak termasuk komponen makanan dan energi yang mudah menguap, IHK inti naik 0,4 persen bulan lalu setelah naik 0,5 persen pada Februari. Harga sewa tetap terus mendorong IHK inti.

"Inflasi utama turun lebih dari yang diharapkan mendukung pandangan Fed pada dasarnya satu lagi (kenaikan) dan selesai," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Convera di Washington DC, mengutip Antara.

"Saya pikir dengan inflasi yang turun drastis dari 6,0 persen menjadi 5,0 persen, jika itu berkelanjutan, itu dapat memberikan kelonggaran bagi Fed untuk memangkas suku bunga akhir tahun ini jika kita melihat perlambatan ekonomi yang tajam," katanya.

Sementara itu, ekonom di Goldman Sachs mengatakan setelah data inflasi dirilis bahwa mereka tidak lagi memperkirakan Fed akan menaikkan suku bunga pada Juni.

Meskipun alat FedWatch menunjukkan bahwa ada kemungkinan 70 persen kenaikan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan Fed berikutnya, "pedagang telah mulai mempersiapkan penurunan suku bunga pada paruh kedua tahun ini," Vladimir Zernov, analis pemasok informasi pasar FX Empire, mengatakan pada Rabu (12/4).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper