Bisnis.com, JAKARTA — Kebijakan pemerintah untuk menaikkan cukai hasil tembakau (CHT) turut berimbas pada kinerja emiten rokok PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) pada 2022. Dengan penjualan yang terkoreksi tipis, laba bersih perusahaan milik konglomerat Susilo Wonowidjojo itu turun 50 persen secara tahunan.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2022, GGRM mengantongi laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp2,77 turun. Capaian itu merefleksikan penurunan sebesar 50,4 persen secara year-on-year (YoY) dibandingkan dengan 2021 sebesar Rp5,60 triliun.
Kenaikan tersebut tidak terlepas dari kinerja pendapatan yang turun 0,15 persen YoY, sementara beban pokok penjualan memperlihatkan kenaikan sebesar 2,69 persen secara tahunan.
Gudang Garam mengakumulasi pendapatan total sebesar Rp124,68 triliun pada 2022, lebih rendah daripada 2021 yang menembus Rp124,88 triliun.
Segmen penjualan sigaret kretek mesin di dalam negeri sebagai kontributor terbesar mengalami penurunan 0,11 persen secara tahunan, dari Rp113,14 triliun pada 2021 menjadi Rp113,02 triliun pada 2022. Sementara itu, segmen sigaret kretek tangan tumbuh 2,56 persen YoY menjadi Rp8,76 triliun dibandingkan dengan 2021 sebesar Rp8,54 triliun.
Salah satu pemicu kenaikan beban pokok penjualan adalah meningkatnya cukai, pajak pertambahan nilai (PPN), dan pajak rokok yang dibayarkan GGRM selama 2022. Beban di pos ini menyentuh Rp97,59 triliun pada 2022, meningkat 7,12 persen YoY dibandingkan dengan 2021 sebesar Rp91,09 triliun.
Baca Juga
Di sisi lain, beban usaha Gudang Garam juga memperlihatkan kenaikan sepanjang 2022, dari Rp7,15 triliun pada 2021 menjadi Rp7,32 triliun sepanjang 2022 atau naik 2,30 persen YoY. Akibatnya, laba usaha ikut tergerus 46,90 persen secara tahunan menjadi Rp3,90 triliun.
Posisi aset GGRM pada akhir 2022 adalah sebesar Rp88,56 triliun, turun 1,55 persen daripada 31 Desember 2021 sebesar Rp89,96 triliun.
Sementara itu, total liabilitas GGRM cenderung stabil di Rp30,70 triliun pada akhir 2022 atau naik 0,09 persen daripada posisi pengujung 2021 di Rp30,67 triliun. Adapun ekuitas Gudang Garam turun 2,41 persen menjadi Rp57,85 triliun per 31 Desember 2022, dibandingkan dengan akhir 2021 sebesar Rp59,28 triliun.