Bisnis.com, JAKARTA - Emiten telekomunikasi pelat merah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) mengatakan masih akan melakukan investasi pada perusahaan rintisan atau startup baru di tengah kondisi tech winter.
Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah mengatakan kondisi tech winter yang terjadi sejak 2022 membuat Telkom lebih hati-hati dalam melakukan investasi pada startup.
"Dampak dari tech winter membuat kami lebih prudent, lebih hati-hati lah [investasi di startup]," ujar Ririek, ditemui di Fortune Indonesia Summit, Jakarta, Kamis (16/3/2023).
Meski demikian, Telkom tak akan membatasi untuk melakukan investasi pada startup di tengah tech winter. Dia menyebut, jika terdapat peluang yang baik pada perusahaan startup, maka pihaknya akan menambah portofolio startup.
"Kalau ada peluang yang bagus, ya," ucapnya.
Dia melanjutkan, saat ini Telkom bersama tiga BUMN lain tengah mematangkan rencana dan penyediaan dana investasi untuk modal ventura Merah Putih Fund.
Baca Juga
Menurut Ririek, Telkom bersama anak usahanya, PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel akan menyediakan dana US$300 juta.
Sebagaimana diketahui, TLKM melalui MDI Ventures saat ini memiliki sebanyak 334 portofolio di perusahaan rintisan. Beberapa perusahaan startup tersebut bahkan telah melantai di bursa efek beberapa negara, seperti Whispir di Bursa Asutralia, Geniee di Bursa Tokyo, dan Run System di Bursa Efek Indonesia.
Beberapa portofolio MDI Ventures yang ada di Indonesia antara lain Kredivo, SiCepat, Amartha, TaniHub, hingga Alodokter.
Sebelumnya, CEO MDI Ventures Donald Wihardja menuturkan pihaknya berencana membawa beberapa startup di bawah portofolionya untuk melantai di Bursa. Saat ini, lanjut dia, perusahaan logistik dalam portofolio MDI Ventures menjadi yang paling siap untuk dibawa IPO.
"Sektor logistik yang akan kami bawa IPO, karena ukurannya sudah pas," kata Donald ditemui di Jakarta, awal tahun ini.
Dia melanjutkan, IPO perusahaan logistik ini tidak akan berlangsung dalam waktu dekat. Penyebabnya adalah kondisi pasar saham saat ini masih volatil.
Kondisi pasar saham yang masih terkoreksi membuat strategi exit perusahaan modal ventura menjadi kurang menguntungkan.
"Kita lihat dengan harga stock market yang masih koreksi, belum naik lagi, siapa yang berani IPO? IPO bukan jalan keluar yang menguntungkan untuk saat ini kalau melihat market-nya," ucapnya.