Bisnis.com, JAKARTA — Emiten telekomunikasi PT XL Axiata Tbk. (EXCL) melanjutkan strategi penyeimbangan profil utang dengan target penambahan porsi utang dengan bunga tetap atau fixed rate. Porsi utang dengan fixed rate pada 2022 telah lebih tinggi daripada floating pada 2021.
Direktur & Chief Finance Officer XL Axiata Budi Pramantika mengatakan profil utang EXCL pada akhir 2022 terdiri atas utang dengan bunga fixed sebesar 36 persen dan floating 64 persen. Posisi tersebut telah berubah daripada 2021 di mana porsi floating mencapai 78 persen.
“Saat rezim bunga rendah pada 2021, JIBOR saat itu di 3,7–3,8 persen. Penting untuk memastikan pinjaman yang kami ambil lebih banyak menggunakan floating daripada fixed. Jadi tidak bisa 100 persen floating. Dengan porsi floating lebih dari 70 persen, kami bisa menghemat banyak dari sana karena bunga bank rendah, sementara fixed rate mencapai 8—9 persen,” kata Budi, Rabu (8/3/2023).
EXCL kemudian mulai mengubah profil pinjamannya pada awal 2022 dengan mengurangi utang yang menggunakan tingkat bunga floating, seiring dengan pemulihan ekonomi yang terjadi dan kabar kenaikan suku bunga The Fed.
Dengan melihat tren dalam dua tahun terakhir, Budi mengatakan profil utang EXCL yang ideal setidaknya terdiri dari 60 persen dengan tingkat bunga fixed dan 40 persen dengan bunga floating.
“Jadi memang harus dijaga di level tersebut sampai nanti ada perubahan ekstrem. Kami akan ubah lagi,” tambahnya.
Baca Juga
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2022, EXCL memiliki utang jangka pendek dengan pihak ketiga sebesar Rp11,06 triliun, naik daripada posisi akhir 2021 Rp10,35 triliun.
Kemudian terdapat utang sebesar Rp4,46 triliun yang jatuh tempo pada 2023, kemudian Rp1,01 triliun pada 2024, dan Rp6,59 jatuh tempo pada 2025 dan setelahnya.
Dari jumlah tersebut, sekitar Rp2 triliun yang jatuh tempo pada 2023 telah dilunasi dengan dana yang dihimpun dari aksi rights issue pada Desember 2022. Dengan demikian, sisa utang yang akan mencapai maturity pada 2023 masih tersisa Rp2,4 triliun.
“Utang Rp2,4 triliun ini akan jatuh tempo pada kuartal III/2023. Target kami tahun ini hanya refinancing, jadi pelunasan rencananya akan melalui penerbitan bonds,” kata Budi.